Minggu, 30 Januari 2011

Tarombo Bercerita (1)




Tarombo Bercerita

(Th.Pardede)

Konon ceritanya Boru Sanggulhaomasan isteri ketiga dari Sorimangaraja melahirkan Tuan sorba dibanua (SiSuanon) dan sebagai generasi ke empat dari si Raja Batak dan bermukim di Lumban Gorat Balige, sedangkan abangnya anak pertama dari Sorimangaraja Tuan Sorbadijulu bermukim di Pangururan, dan anak kedua dari Sorimangaraja Tuan Sorba dijae bermukim di siBisa, Uluan.
Ibu dari Tuan Sorbadibanua boru Sanggulhaomasan adalah anak perempuan dari Sariburaja yang berada di Haunatas dilereng Dolok tolong Balige , Menurut kisah lainnya Boru sanggul haomasan masih mempunyai anak kedua setelah SiSuanon alias Tuan Sorbadibanua yakni bernama Raja Tunggul yang kemudian pergi kearah Pakpak .

Setelah si Suanon beranjak besar putra dari Sorimangaraja dengan Nai Suanon sebagai gelar dari Borusanggulhaomasan, kharismanya sudah kelihatan dia berperawakan tinggi besar dan atletis dan hobby sama dengan Sorimangaraja Bapaknya yaitu berburu dengan Ultop. Disuatu hari diapun pergi berburu kehutan:

“Inang aku pergi dulu ya “, Suanon pamit kepada ibunya si boru sanggul haomasan,

“kau mau kemana Suanon?’ Tanya Ibunya

“Kami mau berburu”,jawab si Suanon

”hati-hatia ya amang”, seru Inangnya dari dalam rumah.

“ya Inang aku bersama kawan-kawanku ke hutan” jawab Si Suanon sambil ketawa dia pergi dengan kawan-kawannya.

Setelah matahari beranjak sore dan mendapatkan beberapa hewan buruan merekapun pulang,ditengah perjalanan mereka berpisah dan menuju rumah masing-masing (maklum ketika itu rumah masih jarang-jarang dan jauh). SiSuanon pun berjalan sendiri dan diperjalanan pulang dia bertemu dengan seorang wanita terbilang cantik dia langsung mendekati wanita itu dan mengajak berkenalan sembari mengulurkan tangannya untuk bersalaman, namun wanita itu menghindar untuk tidak bersalaman dengan laki-laki yang belum dikenalnya tetapi dia memperkenalkan dirinya sebagai boru Pasaribu dan namanya Antingmalela , Suanon pun memperkenalkan dirinya pada wanita tersebut namun matanya terus mengamati wanita yang memperkenalkan dirinya bernama Antingmalela boru pasaribu, membuat Antingmalela malu tersipu-sipu,

“maaf ito menurut adat dikampungkami ini pantang seorang laki-laki berkenalan ditengah jalan”, kata Antingmalela memecah kesunyian dikarenakan saling mengagumi.

Mendengara teguran Antingmalela, Suanopun salah tingkah dan mencoba bersikap wajar didepan wanita yang dikaguminya itu, semua sikap Suanon diperhatiakn Antingmalela sembari berkata dalam hatinya”dia pasti anak orang yang terpandang dan beradat”,
Antingmalela pun tersenyum melihat kekaguman SiSuanon terhadap dirinya, lalu dia melangkah meninggalkan Suanon alias Tuan Sorbadibanua muda.

Sepeninggal antingmalela Suanon terpaku dihanyut dalam kekagumannya terhadap Antingmalela, tidak berapa lama diapun sadar dari lamunannya, tampa disadarinya dia telah sampai dihalaman rumah. Ibu Suanon heran melihat anaknya seperti kebingungan:

“ada apa anakku, kau kelihatan cape sekali”,tegur ibunya sembari menyodorkan minuman kepada Suanon yang terus melangkah ditangga rumah mereka .

“tidak apa-apa inang Cuma capek aku tadi berburu”, jawabnya singkat lalu meminum air yang sodorkan ibunya, namun wajah waniata yang ditemuinya dijalan selalu terbayang-bayang dimataanya, dia mencoba menghilangkan bayangan itu dengan mencari kesibukan dengan kawan-kawan sebayanya.

Pada suatu hari Ibunya memanggil Si Suanon alias Tuan Sorbadibanua :

“Anakku, sudahlah layak kau untuk mencari jodohmu, kuperhatikan kau selama ini kau tidak pernah bergaul dengan perempuan perempuan dari kampung manapun seperti kawan kawanmu yang lain bahkan kawanmu sudah ada yang kawin, seperti si Pijor nihuta itu,” kata Ibunya suanon gelisah melihat anaknya belumjuga berniat untuk kawin
Si Suanon kaget dan tersentak mendengar keluhan ibunya , tiba-tiba dia teringat perempuan yang pernah di temuinya diperjalanan dahulu yaitu Anting malela.

“Inang kau tidak usah khawatir, aku sebenarnya sudah menemui tambatan hatiku”kata Suanon kepada ibunya dengan muka yang ceriah dan senumnya yang menawan, membuat ibunya heran denga tidak sabar ibunya mendesak anaknya:

“Siapa yang mampu mengambil hatimu itu amang ?”, Tanya NaiSuanon.

“ada boru ni rajai diseberang kampung kita ini Inang”, sahut Suanon

“cantikkah permpuanitu Suanon, dan siapa namanya ?’ kembali Ibu suanon bertanya

“Bagaimana Inang ini mana mungkin pilihanku tidak cantik”Jawab Suanon membanggakan diri
“yah sudah kalau sudah cantik kau bilang dan senang hatimu bagi Inangpun senang jugalah , tapi namanya siapa? Tanya ibu Suanon mengulangi pertanyaannya.

“Namanya Antingmalela boru Pasaribu.” Jawab Suanon , melihat perobahan sikap si Suanon ibunyapun terdiam kegirangan sambil bertanya-tanya dalam hatinya “boru siapalah Antingmalela itu, alagkah bahagianya aku kalu betul Antingmalela itu bisa menjadi menantuku”.

Setelah Si Suanon didesak ibunya untuk kawin, maka pada suatu hari:
“Inang kami pergi dulu ya dengan kawanku kekampungseberang sana jalan-jalan kata si suanon kepada ibunya, Ibu Suanon mendengar nada anaknya dia hanya tersenyum lalu berseru kepada anaknya dengan penuh harapan semoga anaknya mendapa jodoh seperti yang diceritakan kepadanya:

“Yah baik-baik kau dikampung orang jaga kesopananmu dan adat, tunjukkan sikapmu bahwa kau adalah anaknya raja yang tahu dopan santun”,begitulah petuah Ibunya kepada si Suanon, Dengan restu ibunya Suanonpun berangkat dengan kawannya kekampung si Antingmalela., sebelum memasuki perkampungan mereka melihat ada pncuran disana mereka meliha ada beberapa orang sedang menuci sembari ketawa-ketawa mereka saling menyirami air kepada kawannya. Dari jauh Suanon berseru ,
“Siapa yang ada di pancuran itu” kata Suanon,tiba-tiba suara ketawa-dari pancuran berhenti, tidak berapa lama ada pertanyaan terdengar dari pancuran

“Siapa disana itu dan apa maksud kalian?” seru suara seorang wanita.

“Kami adalah yang sedang lewat mau kekampung itu, tetapi kami bermaksud hendak cuci muka,bolehkah?” Tanya Suanon dengan tetapa menjaga kesopanan sesuai dengan petuah ibunya NaiSuanon..Tidak berapa lama keluar lah seorang wanita separoh baya disusul beberapa orang anak gadis dengan menjujung cucian diatas kepalanya . Si Suanon terhenyak melihat salah satu diantara gadis-gadis itu seperti dikenalnya, tetapi dia ragu apakah dia Antingmalela yang dikenalnya berapa tahun lalu atau orang lain pikirnya memang wanita itu cantik dan lebih dewasa dibandingkan dengan wanita yang pernah dikenalnya.Suanon terdiam tetapi matanya terus memandangi wanita yang mirip dengan Antingmalela.seketika suasana hening dan wanita separoh baya memecah keheningan ,

“mari saya kenalkan kepada kalian maen saya ini, namanya Anting malela sedangkan saya namborunya nama saya Nai Pandanrumariboru “ seru namboru nya Antingmalela

“mauliate Inang kalau saya bernama Si Suanon bergelar Tuan Sorbadibanua , setelah saling memeprkenalkan diri Anting malela dan Suanonpun tersadar dan teringat akan perkenalan mereka pertama
“rumah kami dikampung yang akan kalian tuju dan kalian sebenarnya mau menemui siapa?” Tanya namborunya Antingmalela

“Cuma jalan-jalan saja Inang”, jawab Suanon malu, wanita separoh baya sadar bahwa kedua pemuda ini adalah mau martandang saja layaknya pikirnya sambil berjalan

“Antingmalela kalau kulihat si Suanon itu naksir kau”,kata namborunya sambil ketawa,lalu memanggil suanon yang masih ada dihalaman Rumah
“MARNGUNGUNG NGUNGUNG RONGIT DI JULU NI PATIAN,SANJONGKAL DUA JARI MANTAT LUBUK PANGKALIAN;BA HUNDULMA JOLO DAMANG DI DOLOK MARANTI MARADIAN, ASA TANGKAS DAMANG MARPANARIAN.DUNGI SO MA DAMANG SIANI,MARANGGIR MARTAPIAN,MANDAPTHON AEK SITIOTIO PANAILIAN,TUMPAHON NI OMPUNTA SAI TIO MA PARULIAN”
Tutur kata yang begitu indah dikuping si suanon membuat dia menarik kesimpulah bahwa penghuni rumah ini adalah orang terkemuka dikampung itu yang tahu adapt dan uhum Batak. Suanon dengan kawannya menerima undangan lalu mereka masuk dan duduk diatas tikar yang telah dibentangkan,kemudian Suanon alias Tuan Sorbadibanu:
“AMANG NA DIDOLOK PANGIDOAN HOTANG, AMANG NA DI HOLBUNG PANGIDOAN MUAL.PINASAE BONA NI GORAT I PARBUENA MA NIIDA;NIDAPOTHON MA PARIBAN NAPURANNA MA NA NIIDA” .
Mereka saling bersahutan antara Antingmalela dengan Suanon, yang akhirnya mereka saling mengagumi, setelah saling menuturkan kata kata yang sangat indah semua dengan perumpamaan ;
“HODONG DO PAHU HOLIHOLI SAKALIA;MOLODIPANGAN NAPURANKU HOLOM IDAON NASIDA!”
Demikian Antingmalela menjawab permintaan sekapur sirih dari si Suanon,yang kemudian ditanggapi suanon pula:
ADONG DO DIHUTA NAMI DA ITO LAPELAPE SATONGA ARIAN,ULOS SATONGA BORNGIN,PAGAR TU PARTONDION DOMUDOMU TU NASIRANG.SIPATUDUHON NA ADONG DOHOT SIPABALIK PUTAR NI PARBEGUAN.NAMANGUTAHON MUDAR,NA MANGALLANG SIRUMATA BULUNG.ON DO NIDOKNA DISI:MOLO RARA DO PANGANON NAPURANI, NDANG HOLOM IDAONKU,MOLO SO RARA, BAHOLOM IDAONKU
Kata-kata yang dilantunkan keduanya mencoba saling menjajaki .

“Saya heran melihat kau ito, siapa aku dan siapa kau kita belum betul-betul saling mengenal tetapi kau sudah berani memintak napuran (sekapur sirih)” seru Antingmalela

“aku datang kesini naik kuda , tetapi ditengah jalan kuda tadi menanyai aku kemana kau bawa aku? Pa kau mengenal paribanmu dikampung itumaka jawabku ;kukenal, kalau betul kau kenal nanti tolong mintakkan sirih untu aku tetapi tidak bertangkai dan tidak berujung”, Sualon kembali membuat perumpamaan , yang kemudian dijawan Antingmalela:

“Kalu begitu tolong kau belikan sama aku tali yang panjang sepanjang jalan dan lebarnya selebar tanah sebagai ganti rugi dari sirih ku itu.” Kata Anting malela

“kalau permintaanmu itu sudah ada dikantongku ini, karena sudah disiapkan ibundaku tercinta “,kata suanon menerima tantangan si Antingmalela.

Mendengar jawaban Si Suanon Antingmalela tidak berdaya lagi untuk menolak permintaan Sualon memberikan sekapur sirih, sebagai tanda kedatangannya kerumah Antingmalela diterima dengan baik
Singkat cerita Anting malelapun dilamar untuk menjadi isteri dari Suanon gelar Tuan Sorbadibanua. Pestapun digelar selama 40 hari 40 malam tanda kebahagiaan kedua belah pihak. Perkawinan ini membuahkan 5 orang anak laki-laki yaitu:

Boru sibasopaet:

Siapakah isteri kedua dari Tuan sorbadibanua (Suanon)?
Ada yang mengatakan putri dari jawa atau kerajaan Mojopahit, Ada juga mengatakan adala boru basopaet yang dtemuka Sorimangaraja di hutan lereng gunung dolok tolong. Tetapi semua sepakat bahwa isteri kedua dari Tuan Sorbadibanua adalah boru sipasopaet.
Dikisahkan bahwaTuan Sorbadibanuar mendapatka 3 orang anak dari isterinya kedua boru Sibasopaet Yaitu

Ada beberapa versi cerita kelahiran anak dari boru sibasopaet; menurut WM.Hutagalung sbb: Suatu ketika Boru sibasopaet akan mandi ke pancuran disana dia menemulan tiga buah telor sebesar periuk , dari kejauhan didengarnya suara burung ,dia mengarahkan pandangannya darimana suara burung irtu yang kemudian tertuju mata diatas kepanya seekor burung Elang terbang serta bersuara :

“Hulis,hulis wahai boru sibasopaet ambil ketiga telor itu kerumahmu dan letakkan lah di Sumban(tempat kaso atap rumah dipakukan)”apa yang disuru burung elang itu dilaksanakan boru sibasopaet. Beberapa lama kemudian ketiga telurpun menetas dengan bentuk manusia ,masing-masing anak dianamai sesuai dengan dimana dia menetas. Sbb:
Yang pertama kebetulan telurtersebut menetas diatas Sobuan (sekam) maka dinamai anak tersebut Raja Sobu, telur kedua menetas di Sumban (tempat kaso atap rumah dipakukan) maka anak tersebut dinamai Raja Sumba, sedangkan telor ketiga dinamai berdasarkan ada Iposipos(cirri) di dagunya maka dinamai Naipospos. Tetapi ini hanya sebagai mytos atau apaun namanya .namun sebenarnya kelahiran ketiga anak tersebut adalah wajar ,Nama yang dicantumkan adalah berdasarkan nama nenek moyang mereka

Bersambung –2

Selasa, 04 Januari 2011

Orang Batak yang cinta Budaya dan tradisi mampu mengatasi krisis Toleransi

Mulajadi Na Bolon adalah Sesembahan Orang Batak sebelum Agama-agama Hindu/Budha, Islam dan Nasrani (Protestan/Katolik), memasuki kepercayaan orang Batak.
Tanda-tanda pengaruh Agama-agama ini masih terlihat pada suku bangsa Batak, pengaruh Hindu/budha pada suku Batak Simalungun,dan Karo, Pengaruh Agama Islam pada suku Batak Mandailing(Tapsel), serta Pengaruh Agama Nasrani ( Protestan/Katolik ) sangat kental pada suku bangsa Batak Toba.
Agama adalah salah satu faktor yang menyebabkan sejarah Batak kabur, dan tidak jelas,Karena masing-masing Agama melalui intelektualnya membuat sejarah berdasarkan susut pandang agama yang dianutnya.
Sejarah Batak selama ini selalu menimbulkan polemik yang berkepanjangan dan tidak pernah ada kesepakatan berdasarkan kesadaran pentingnya sejarah didalam perjalanan suatu bangsa.
Churchil pernah berkata :”Semakin jauh anda melihat kebelakang (sejarah) akan semakin jauh pula anda melihat ke depan. Sedangkan Yesaya menyatakan:”Bahwa untuk melihat masa depan , engkau harus melihat kebelakang (sejarah). Begitu pentingnya sejarah didalam kemajuan suku bangsa, inilah yang menyebabkan Bangsa Batak sedikit tertinggal dari saudara-saudaranya suku bangsa lain di bumi Indonesia, seperti sulu Minang, Jawa, sunda bahkan Manado dll.
Agama Islam yang mayoritas dianut suka Batak Mandailing akan mengalami kesulitan menerima ulasan sejarah yang diuraikan oleh penulis suku Batak Toba yang mayoritas beragama Nasrani, dengan alasan bahwa isi dari tulisan tersebut selalu memojokkan agama Islam, dan mebesarbesarkan peranan tokoh Keristen dalam pembentukan kepribadian orang Batak, Oleh karenanya Batak Mandailing belakangan ini tidak lagi mengakui dirinya sebagai orang Batak. Dan Begitu juga sebaliknya apabila ada penulis-penulis sejarah Batak yang isi tulisannya menonjolkan peranan Islam, maka Orang Batak Nasrani tidak akan pernah menerimanya sebagai fakta sejarah. Sungguh sayang nama besar Batak tidak pernah dapat besar kerna pertikaian yang terselubung.

Sebagai Contoh , tanggapan terhadap tulisan Mangaradja Onggang Parlindungan tentang bukunya yang berjusul “Tuanku Rao” , banyak menimbulkan polemik dimulai dari Tokoh Muhammadiyah Hamka yang membantah bahwa Tuanku Rao bukanlah orang Batak, meskipun Mangaradja Onggang Parlindungan dalam penguraiannya lengkap dengan Tahun. Bagi Orang Batak beragama Keristen dapat menerimanya karena Buku tersebut dengan gamblangnya menguraikan penyerangan kelompok Paderi yang beragama Islam bermazhab Hambali (wahabi) ke tanah Batak, dimana didaerah Toba kaum paderi yang dipimpin Tuanku Rao membumi hanguskan tanah Batak.
Demikianjuga paparan sejarah Batak tulisan Julkifli Marbun yang belakangan ini banyak di copy paste orang (sama dengan MOP) dalam penguraiannya lengkap dengan tahun kejadian. Semuanya belum dapat diterima dengan sepakat dari kedua belah pihak baik Nasrani maupun Islam .
Himbauan, Sebenarnya apa yang dilakukan kedua tokoh tersebut diatas aganya dapat dibuat sebagai motivasi untuk penelitian yang lebih efektif dan akurat. Mari kita semua Suku Bangsa Batak, baik Toba, Mandailing, Karo, Dairi dan Simalungun, maupun Islam dan Keristen sama-sama membuka tabir misteri sejarah Suku Bangsa Batak.
Dan saya berkeyakinan sangat banyak Intelektual Batak yang mampu melakukan penelitian sejarah Batak secara objektif san menyadarai pentingnya sejarah didalam menata masa depan Suku bangsa Batak,

seperti saudara Sadar Sibarani yang menulis buku SIRAJA BATAK (2 jilid)dll -THP

Barus 1000 tahu yang lalu

PELETAKAN BATU PERTAMA PEMBANGUNAN TUGU RAJA TOGA LAUT PARDEDE DI LUMBAN JABI-JABI - BALIGE

Setelah terbentuknya panitia pembangunan Tugu Raja Toga Laut Pardede di Jakarta oleh beberapa keturunan Raja toga Laut Pardede yang berdomisili di jakarta sekitarnya (sejabodetabek)
maka diputuskanlah agar semua keturunan Raja Toga Laut Pardede ikut serta dalam Napak tilas show force keliling kota Balige pada tanggal 18 Agustus 2007, dengan rute dimulai Losmen Toga Laut Tawar, Tugu Naga Baling, Makam Raja Bona Ni Onan Pardede & Raja Paindoan Pardede dan ber akhir di Lumban Jabi-jabi / Tugu Raja Toga Laut Pardede, yang kemudian dengan kata-kata sambutan, oleh Tokoh-tokoh Sonak malela dll.