Sabtu, 29 Juni 2013

BATAK , ANTARA SEJARAH DAN LEGENDA.(2-Habis)

 
Ketiga isterinya dengan panggilan nama anaknya lebih terkenal daripada Tuan Sorimangaraja sendiri, hal ini terjadi karena Tuan Sorimangaraja adalah orang tidak betah berdiam diri, dia berkelana dari satu daerah ke daerah lain sambil memberikan pengobatan kepada orang-orang yang memerlukan kepintarannya.
Isteri ke 3 Tuan Sorimangaraja yaitu Siboru Sanggul Haomasan lebih duluan melahirkan daripada isteri ke 2
(Siboru Biding Laut), karena itu Siboru Biding Laut selalu bermuram durja dan selalu “mangandung”(meratap). Dalam “andungnya” sering sekali keluar kata-kata penyesalan, kata-kata putus asa, karena pada masa itu seorang wanita yang sudah kawin belum dianggap sebagai perempuan apabila belum melahirkan keturunan untuk menyambung tali kehidupannya. Kendati sudah lama kawin, Mulajadi Nabolon Debata Natolu belum memberikan Siboru Biding Laut keturunan untuk membuktikan dia sebagai perempuan yang sempurna. Tentunya sekarang pikiran seperti itu sudah bukan zamannya lagi, tidak mempunyai keturunan tidak semata-mata karena kekurangan isteri, bisa juga si suami, kendati demikian masih ada juga orang, khususnya orang Batak yang masih menganut pemikiran manusia zaman dulu, dan itu dijadikan pembenaran untuk berpoligami.

Demikianlah Siboru Biding Laut, setiap hari sebelum matahari terbit, dia sudah pergi ke pinggir danau, siang hari bernaung di bawah pohon besar “beringin na mardangka tu langit”, di malam hari selalu menyendiri “songon tandiang na hapuloan”. Tidak pernah terlihat ceria di wajah Siboru Biding Laut.
( Khusus Perkawinan antara Tuan Sorimangaraja dengan Siboru Biding Laut akan dibahas lebih lanjut pada Episode SEJARAH DAN LEGENDA MARGA-MARGA KELOMPOK NAIRASAON. )
Sebagaimana diceritakan bahwa Siboru Biding Laut lama tidak diberikan keturunannya, dalam keputus asaannya di menceburkan diri ke danau, tetapi dia tidak tenggelam. Tubuhnya terombang ambing di danau kian kemari, dipermainkan ombak seperti nasib yang mempermain-mainkan kehidupannya. Entah berapa lama dia terobang-ambing sampai akhirnya terdapar di daratan, begitu sadar dia memandang nanar ke kejauhan, ke arah Dolok Pusuk Buhit.

Ternayata Tuan Sorimangaraja sedang mencarinya di sekitar Sianjurmulamula, karena tidak ketemu, diapun menyeberangi danau sambil “martonggo” agar Mulajadi Nabolon menyelamatkan “persinondukna” Siboru Biding Laut.
Doanya terkabul, diseberang danau dia menemukan Siboru Biding Laut dalam kebingungannya, dia membawa isterinya kea rah “habinsaran”. Disuatu tempat yang dirinya subur, Tuan Sorimangaraja mendirikan (mamukka) pemukiman bagi mereka.
Tetapi memang dasarnya Tuan Sorimangaraja yang tidak pernah bisa berdiam diri, diapun meninggalkan perkampungan mereka, berkelana entah kemana.

Anak Tuan Sorimangaraja, si Ambaton dan si Suanon tumbuh berkembang tanpa pengasuhan ayahnya, demikian juga dengan si Rasaon yang kemudian dilahirkan dari rahim Siboru Biding Laut (dalam Episode SEJARAH DAN LEGENDA MARGA-MARGA KELOMPOK NAIRASAON) Mereka tumbuh jadi pemuda yang mandiri. Karena Tuan Sorimangaraja sangat jarang bertemu dengan mereka, demikian juga dengan orang-orang yang ada di sekeliling tempat mereka tinggal, maka ketika ada yang bertanya siapa pemuda-pemuda yang gagah tersebut, maka yang lain selalu menjawab : anaknya Nai Ambaton untuk si AMBATON, anaknya Nai Suanon untuk si SUANON, anaknya Nai Rasaon untuk si RASAON.
Bermula dari panggilan-panggilan tersebut, akhirnya orang lain lebih mengenal mereka dan keturunannya kemudian dengan sebutan NAIAMBATON, NAIRASAON dan NAISUANON. Keturunan mereka menjadi kelompok marga-marga di kemudian hari.

Dengan demikian maka kelompok marga-marga Batak menjadi 5 induk, yaitu :

  1. Kelompok LONTUNG, untuk keturunan si Raja Lontung anak Sariburaja dengan Siboru Pareme;
  2. Kelompok BORBOR, untuk keturunan Limbong Mulana, Sagala Raja, Silau Raja ( Malau Raja ) dan siRaja Borbor anak Sariburaja dengan Nai Mangiring Laut, sekarang ini sering disebut dengan BORBOR MARSADA.
  3. Kelompok NAIAMBATON, untuk semua keturunan Tuan Sorimangaraja dari isteri pertama Siboru Anting Sabungan ( Siboru Paromas ), sekarang ini sering disebut dengan PARNA ( Parsadaan Naiambaton/ Pomparan Naiambaton).
  4. Kelompok NAIRASAON, untuk semua keturunan Tuan Sorimangaraja dari isteri kedua SIBORU BIDING LAUT, yang adalah adik kandung si Boru Paromas.
  5. Kelompok NAISUANON, untuk semua keturunan Tuan Sorimangaraja dari isteri ketiga SIBORU SANGGUL HAOMASAN.
Dari 5 kelompok marga-marga tersebutlah penyebaran marga-marga yang kita kenal sekarang ini, tetapi dengan pertanyaan : Bagaimana dengan keturunan RAJA ASIASI dan SANGKARSOMALIDANG? Menurut cerita, kedua anak Raja Isumbaon tersebut pergi ke arah Dairi dan ke kaki Gunung Sibayak (Karo), dan dari keturunan merekalah marga-marga yang ada sekarang di daerah itu.

Pada cerita berikut, tidak semua marga-marga akan diterangkan, dan kebenaran dari cerita-cerita itu kembali kepada masing-masing marga, karena pada dasarnya Legenda adalah cerita rekaan (khayalan) yang bisa benar bisa tidak, tetapi paling tidak cerita tersebut pernah beredar di tengah-tengah masyarakat.
Salah satu yang sangat penting menjadi pijakan dalam mengikuti cerita Legenda adalah : TIDAK LEBIH DAHULU APRIORI/KONTRA, apabila cerita tersebut tidak sesuai dengan apa yang kita tau atau pernah kita dengar. Penolakan terhadap legenda akan menbuat kita tidak akan dapat mendalami dan memahami nilai-nilai yang tersembunyi pada cerita tersebut.

Perlu juga disepakati, bahwa penulisan cerita/legenda ini bukan untuk mengurangi keimanan seseorang dan bukan pula mengajak pembaca untuk kembali ke “hasipelebegu on “ karena nilai-nilai pada cerita/legenda Batak adalah filsafat, berbeda dengan nilai-nilai religi.

KELOMPOK MARGA KETURUNAN SI RAJA LONTUNG.

Konon, si Raja Lontung sepeninggal ayahandanya berpetualang, hidup berdua dengan ibunya Siboru Pareme ditengah hutan. Ketika sudah makin dewasa, Siboru Pareme menuruh anaknya untuk berumah tangga dan pergi ke rumah tulangnya ke Sianjurmulamula, dia berpesan agar mencari paribannya untuk dijadikan isteri yang wajah mirip dengan wajah ibunya.
Si Raja Lontung pun mengerti pesan ibunya, diapun beranhkat menuju Sianjurmulamula sebagaimana dipesankan karena disanalah tempat tinggal tulangnya. Namun di tengah jalan dia bertemu dengan seorang wanita yang benar-benarpinang dibelah dua dengan ibunya Siboru Pareme. Dia pun berpikir bahwa wanita inilah paribannya yang diceritakan ibunya, maka dengan sangat antusias diapun menyampaikan maksud dan tujuannya (tembak langsung). Si wanita sama sekali tidak memberikan penolakan, karena memang dia adalah Siboru Pareme yang tak lain ibu dari si Raja Lontung. Dia telah merencanakan semua itu, ketika si Raja Lontung pergi seperti yang dia minta untuk menemui tulangnya di Sianjurmulamula, Siboru Pareme mengambil jalan pintas mendahului si Raja Lontung ke suatu tempat yang pasti harus dilalui si Raja Lontung.
Setelah melakukan hubungan terlarang dengan “ito”nya Tuan Sariburaja, sekarang hubungan terlarang (incest)dilakukan dengan anaknya sendiri ( Hampir sama dengan cerita Sangkuriang di daerah Parahyangan).
Raja Lontung mempunyai 7 anak laki-laki dan 2 anak perempuan dari perkawinannya dengan Siboru Pareme yang kemuadian menjadi marga sampai sekarang, yaitu :
1.Toga Sinaga
2.Toga Situmorang
3.Toga Pandiangan
4.Toga Nainggolan
5.Toga Simatupang
6.Toga Aritonang
7.Toga Siregar

Sedangkan ke 2 putrinya  
  1. Si Boru Anak Pandan kawin dengan Sihombing dan  
  2. Siboru Panggabean kawin dengan Simamora, 
keduanya adalah anak Toga Sumba ( cucu dari Tuan Sorbadibanua/ si Suanon).

Sampai sekarang masih ada perbedaan pendapat tentang anak tertua si Raja Lontung, apakah Toga Sinaga atau Toga Situmorang. Sebagian orang mengatakan bahwa Toga Sinagalah yang tertua, tetapi Toga Situmorang lebih duluan kawin dengan boru Limbong, sedangkan Toga Sinaga belum juga. Karena belum mendapat wanita untuk isterinya, Sinaga berkata kepada Situmorang supaya dicomblangi (dipadomu-domu) dengan adik isterinya. Situmorang berkata, bisa saja asal kau memanggil abang kepada saya, Sinaga pun setuju. Jadilah Sinaga kawin dengan adik isteri (adik ipar) Situmorang, dan oleh karena itulah antara Sinaga dan Situmorang saling memanggil abang pada acara-acara tertentu. Sinaga menjadi abang dari Situmorang karena lebih duluan lahir (anak tertua) dari si Raja Lontung, lazim juga disebut sebagai “ haha partubu”, sedangkan Situmorang menjadi abang karena isteri Sinaga adalah adik dari isterinya, lazim juga disebut sebagai “ haha ni parrajaon” karena menjadi si abangan pada acara adat “hula-hula mereka marga Limbong”.

Seperti sudah pernah disebutkan sebelumnya, marga pertama dalam masyarakat Batak adalah Limbong dan Sagala. Kalau dalam penyusunan Tarombo/Silsilah
  • si Raja Batak ditempatkan pada generasi Pertama (I ), maka 
  • marga Limbong dan Sagala ada pada generasi III dan 
  • Malau (anak Silau Raja ) pada generasi ke IV. 
  • Tuan Sariburaja adalah adik dari Limbong sama-sama generasi III, maka 
  • si Raja Lontung adalah generasi ke IV.
 Anak –anak si Raja Lontung yang sudah menjadi marga sampai saat ini adalah generasi V. Dengan demikian marga-marga pada kelompok marga Ilontungan dimulai pada generasi ke V
.
KELOMPOK MARGA KETURUNAN SI RAJA BORBOR.

Si Raja Borbor sama halnya dengan si Raja Lontung adalah generasi ke IV. Si Raja Borbor kawin dengan putrid Jau. Putri Jau yang dimaksud disini bulanlah si Jau yang menjadi pewaris marga-marga di Nias, tetapi karena tidak diketahui darimana asal usulnya. (sekali lagi membuktikan bahwa pada saat itu sudah ada manusia lain selain keturunan si Raja Batak ).
Banyak versi yang menjelaskan keturunan si Raja Borbor, tetapi dalam konteks ini tidak akan dibahas perbedaan=perbedaan tersebut, karena pada dasarnya perbedaan-perbedaan itu telah menjadikan keturunan si Raja Borbor makin kuat ikatan persaudaraannya dalam IKATAN BORBOR MARSADA.
Anak dari si Raja Borbor sebagaimana yang diakui dalam Ikatan Borbor Marsada (masuk pada generasi ke V ) adalah :
1. Raja Hatorusan
2. Tuan Sidamanik
3. Datu Singar Harahap
4. Parapat
5. Matondang
6. Sipahutar
7. Sitarihoran
8. Gurning
9. Rambe
10. Sarusuk

Kendati pada generasi ke V sudah menjadi Marga yang ada sekarang, tetapi ada juga marga pada saat itu menurunkan marga yang lebih muda pada generasi VI, VII dan seterusnya sampai generasi XIV, contohnya marga HUTASUHUT yang merupakan keturunan dari marga HARAHAP adalah genarasi XIV dari si Raja Batak.

Sampai dengan saat ini, marga-marga yang tergabung dalam Ikatan Borbor Marsada tetap terjalin persaudaraan yang erat, baik di bonapasogit maupun di parserahan, mereka menganut istilah “sijolojolo tubu” yaitu : si sada lulu anak si sada lulu boru.Ke dalam kelompok Ikatan Borbor Marsada ini termasuk juga keturunan dari LIMBONG MULANA, SAGALA RAJA, SILAU RAJA (MALAU RAJA ).

KELOMPOK MARGA KETURUNAN NAI AMBATON.

Sumber marga-marga yang tergabung dalam Nai Ambaton ( Parna ) ada beberapa versi, ada yang mengatakan bahwa anak Nai Ambaton yaitu Tuan Sorbadijulu mempunyai satu anak yaitu Suliraja, ada pula yang mengatakan bahwa anak Tuan Sorbadijulu mempunyai 5 orang anak, dan ada pula yang mengatakan 4 anak laki-laki dan 1 perempuan.

Versi yang mengatakan 5 orang menggabungkan Sinahampang sebagai anak langsung dari Tuan Sorbadijulu, sedangkan versi lain mengatakan, Sinahampang adalah anak dari Simbolon Tua.
Kebenaran versi yang dipakai oleh pihak Parna biarlah mereka yang lebih mengetahui, jangan menjadi perdebatan yang tidak berarti, tetapi penulis disini mengetengahkan versi yang mengatakan bahwa anak Tuan Sorbadijulu adalah 4 dan 1 perempuan.

Pada kelompok marga Parna, pemakaian marga yang ada sekarang ini dimulai dari generasi ke V dari si Raja Batak, yaitu marga Simbolon, Tamba, Saragi dan Munte.
Dari ke 5 marga di atas melahirkan marga-marga baru hingga sekarang ini, yang merupakan marga paling banyak dalam satu kelompok marga dan masih teguh menganut paham “sisada lulu anak sesada lulu boru”, artinya belum ada sesama marga dalam kelompok marga Parna yang sudah saling mengawini.

  • Anak perempuan Tuan Sorbadijulu adalah siboru Pinta Haomasan, diperkirakan inilah yang menjadi istri pertama dari Silahisabungan yang melahirkan Silahiraja.
  •  
  • Dari keturunan Simbolon Tua yang sudah menjadi marga ( Simbolon ) lahir marga-marga baru yaitu : Tinambunan, Tumanggor, Maha, Pinayungan, dan Nahampun.
  •  
  • Dari keturunan Tamba Tua yang sudah menjadi marga ( Tamba ) lahir marga-marga baru yaitu: Siallagan, Rumahorbo, Napitu. 
  •  
  • Dari salah seorang buyut Tamba Tua dari cicitnya Datu Parngongo adalah Guru Sojoloan atau juga sering disebut Guru Sitindion, dari sini melahirkan marga-marga baru yang sekarang ini lebih sering disebut Siopat Ama, yaitu marga : Sidabutar, Sijabat, Siadari dan Sidabalok.
  • Dari keturunan Saragi Tua yang sudah menjadi marga (Saragi) lahir marga-marga baru yaitu : Simalango, Saing, Simarmata, Nadeak, Sidabungke juga marga-marga yang ada di Dairi/Phakpak dan Karo seperti : Basirun, Bolahan, Akarbejadi, Kaban, Jurung dan Telun.
  •  
  • Dari Saragi Tua ini juga yang menjadi marga-marga klan Parna yang ada di Simalungun seperti Saragih Sumbayak, Saragih Garingging, Saragih Turnip, Saragih Dajawak, Saragih Dasalak. Kesemuanya itu, tempat leluhir mereka adalah dari Toba ( Samosir). Percabangan-percabangan marga ini berkembang juga sampai ke tanah Karo.
  •  
  • Dari keturunan Munthe Tua yang sudah menjadi marga ( Munthe ) lahir pula marga-marga baru yaitu : Sitanggang, Sigalingging, Manihuruk, Sidauruk, Turnip dan Sitio. 
  •  
  • Tetapi ada pula dari keturunan Munthe Tua yang lain melahirkan marga-marga baru yang ada di Simalungun, Karo, Dairi/Phakphak, seperti Ginting Munthe, Dali Munthe, Tendang, Banuarea, Beringin, Gaja dan Berasa.Sampai saat ini, apabila orang berkenalan dan sama-sama merupakan keturunan dari Nai Ambaton (Parna), mereka akan merasa seperti saudara sendiri, dan tetap menganut paham Batak “ Sisada lulu anak sisada lulu boru”.

Dari sekian banyak jumlah marga Batak ( Toba, Karo, Simalungun, Mandailing, Dairi/Phakphak), boleh dikatakan 20% masuk dalam klan Nai Ambaton ( Parna ). Pernah dulu ada anekdot kalau ada laki-laki dan perempuan yang sudah tua dan belum kawin disebut….. “sai songon Nai Ambaton “, artinya saking banyaknya marga-marga yang tidak boleh saling kawin yang masuk dalam kelompok Nai Ambaton, para anak – borunya sulit mendapat jodoh, sampai tua belum kawin sehingga yang lambat kawin diibaratkan dengan Nai Ambaton.

Kalau kita amati dalam tarombo-tarombo Batak, maka permulaan marga yang tergabung dalam kelompok Nai Ambaton ( Parna ) dimulai pada generasi ke V hingga generasi ke XII dari si Raja Batak. Jadi masih ada yang termasuk marga-marga muda.

Banyak legenda dan cerita yang terjadi pada sejarah Parna sampai sekarang, antara lain Legenda Tabu-tabu Gumbang, siboru Sileang Nagarusta, Marhati Ulubalang, Raja Sidabutar yang terkenal sampai sekarang dengan makamnya, maupun Sibatu Gantung di Sibaganding Parapat.

KELOMPOK MARGA KETURUNAN NAI SUANON.

Nai Suanon semasa gadisnya bernama Siboru Sanggul Haomasan, adalah istri ketiga Tuan Sorimangaraja yang melahirkan si Suanon. Setelah dewasa, si Suanon digelari Tuan Sorbadibanua.
Sama halnya dengan Siboru Biding Laut istri kedua Tuan Sorimangaraja, Siboru Sanggul Haomasan juga sulit mendapat keturunan. Disuatu waktu, Siboru Sanggul Haomasan berjalan-jalan ditepi hutan, bertemu dengan seorang wanita tua yang tidak tau darimana datangnya. Ketika si wanita tua bertanya kepada Siboru Sanggul Haomasan, dia tidak bisa menjawab dengan tepat pertanyaan itu, lalu kata si wanita tua :  
“ Tardok do ho boru ni raja namalo jala na bisuk, alai tung sungkun-sungkun hi dang taralusi ho onpe ingkon bernitdo parniahapanmu paima-ima tunas ni siubeonmu”. ( Kau termasuk putri raja yang pintar dan bijaksana, tetapi pertanyaanku tak dapat kau jawab, jadi ingatlah akan susah engkau mendapatkan keturunan.)

Setelah berbagai usaha, martonggo (berdoa) kepada Mulajadi Nabolon, akhirnya datanglah pesan kepada Tuan Sorimangaraja bahwa dia akan memperoleh keturunan dari Siboru Sanggul Haomasan apabila dapat menemukan semua persyaratan yang disampaikan Mulajadi Nabolon melalui Borusibasopaet, adapaun syarat yang harus ditemukan Tuan Sorimangaraja adalah :

1. Sebatang kayu besar yang dapat mendirikan sebuah rumah, kayu itu ditemukan di Daerah Angkola (Tapanuli Selatan sekarang ).
2. Hati besi untuk ditempa jadi pisau sakti, dapat ditemukan di sungai Buarbuar dekat Barus ( Tapanuli Tengah sekarang).
3. Kerbau sitikko (melingkar) tanduk, si opat pusoran, sijambe ihur sebagai persembahan kepada Mulajadi Nabolon.

Setelah terpenuhi, diadakanlah upacara martonggo, diiringi bunyi Gondang Sabangunan. Tuan Sorimangaraja dan istrinya Siboru Sanggul Haomasan didaulat untuk menari. Persembahan dan doa Tuan Sorimangaraja diterima Mulajadi Nabolon.

Tiba waktunya, istrinya Siboru Sanggul Haomasan melahirkan seorang anak yang dinamai si Suanon ( Tuan Sorbadibanua).
  • Tuan Sorbadibanua setelah kawin mendiami (tinggal ) di Lumban Gorat (dekat daerah Balige sekarang ), sedangkan saudaranya yang lain yaitu  
  • Tuan Sorbadijulu tinggal di Pangururan (Samosir) dan  
  • Tuan Sorbadijae tinggal di Sibisa (Uluan).

Si Suanon atau Tuan Sorbadibanua kawin dengan Nai Anting Malela tetapi lama tidak punya anak. Menurut “datu” dia akan beroleh anak apabila, Nai Anting Malela akan memperoleh keturunan apabila “marimbang matua” ( bermadu ). Mendengar itu, suka tidak suka Nai Anting Malela mengijinkan Tuan Sorbadibanua untuk kawin lagi. Masalahnya, perempuan yang akan dinikahi yang sulit di dapat. Saking gusarnya, Tuan Sorbadibanua meminta ijin untuk berburu di hutan untuk melupakan segala “parsorion” yang dialaminya. Dalam perburuannya, tak satupun binatang buruan yang didapat, akhirnya dia tertidur di bawah sebatang pohon besar. Dalam tidurnya, diantara sadar dan mimpi dia didatangi sesosok wanita cantik namun ketika tersadar, tak ada bekasnya, bayangannyapun tidak, namun lapat-lapat terdengar olenya suara yang berkata :  
"Percikkanlah ramuan obat yang kamu bawa ke kiri dan ke kanan masing-masing sebanyak 7 kali lalu melangkahlah engkau ke-arah kanan".
Tuan Sorbadibanua menuruti perintah suara tersebut, entah darimana datangnya tiba-tiba terlihat olehnya seorang wanita berparas ayu, merekapun bertegur sapa dan berkenalan, perempuan itu bernama BORU SIBASOPAET. Tuan Sorbadibanua pun membawa perempuan itu ke kampungnya untuk dijadikan madu Nai Anting Malela.

Mengenai istri kedua Tuan Sorbadibanua ini menurut legenda adalah manusia hutan yang tidak punya saudara (mapultak sian batu madabu sian langit ). Dia menerima pinangan Tuan Sorbadibanua dengan syarat jagan sekali-kali menyebut dia putri  dari hutan belantara yang tidak punya “hula-hula” yang tidak punya saudara. Syarat tersebut disetujui Tuan Sorbadibanua.

Legenda lain mengatakan, Boru Basopaet adalah manusia biasa yang tersesat di hutan ketika terpisah dari rombongannya. Mereka berasal dari tanah Jau ( Jawa ) bersama rombongan pasukan Majapahit yang dipimpin oleh Raden Wijaya datang ke pinggiran danau Toba di dekat Balige sekarang, Boru Basopaet sendiri adalah adik perempuan Raden Wijaya.
Kedatangan pasukan Majapahit ke Pulau Morsa ( Andalas/Sumatera ) adalah dalam rangka memperluas wilayah kerajaan. Mereka sampai di tepian danau Toba setelah menaklukkan kerajaan Sriwijaya di Palembang, kerajaan Batanghari di Jambi sekarang, Kerajaan Portibi dan Muara Takus di perbatasan Tapanuli Selatan, Jambi dan Sumatera Barat sekarang.
Di daerah yang ditaklukkan tersebut, pasukan Majapahit mendirikan candi sebagai pertanda mereka pernah menguasai wilayah itu, antara lain Candi Portibi dan Candi Muara Takus. Sampai sekarang kedua candi tersebut masih ada walau kurang terawat.

Setelah perkawinan Tuan Sorbadibanua dengan Boru Basopaet, mereka mencari-cari rombongan dari Kerajaan Mojopahit, merekapun bertemu. Mengetahui adeknya telah kawin dengan Tuan Sorbadibanua, Raden Wijayapun menjalin hubungan persaudaraan dengan Tuan Sorbadibanua. Mereka menjadi teman akrab.
Pada setiap wilayah yang ditaklukkan oleh pasukan Mojopahit, mereka membawa para pemuda yang ada, dipilih yang gagah berani dan dijadikan pasukan kerajaan.

Pada suatu kesempatan, Raden Wijaya berbincang-bincang dengan “laenya” Tuan Sorbadibanua, dia berkeinginan mencari pemuda gagah berani untuk dijadikan prajurit perwira. Tuan Sorbadibanua mengajukan salah seorang ponakannya ( berenya) yang bernama si GAJA untuk dilatih menjadi prajurit. Dia seorang yang tampan gagah, tubuhnya besar tapi sangat nakal, ada-ada saja ulahnya yang membuat orang lain selalu menghindar kalau bertemu dengannya, tak ada yang berani melawan karena disamping tubuhnya yang besar dia juga memiliki kesaktian. Ketika ditawarkan kepadanya, dengan sangat sukacita dia menerima, maka berangkatlah dia bersama pasukan Majapahit yang pulang ke Jayadwipa.
Di kerajaan Majapahit, si Gaja dapat menempatkan diri, dia berlatih dengan tekut dan bersemangat. Karena dasarnya dia sudah memiliki kesaktian, maka “Diklat” prajurit yang diikutinya berjalan lancer, malah dikesempatan-kesempatan tertentu dialah yang menjadi pelatih para prajurit yang lain.
Si Gaja menjadi prajurit yang disegani ditengah-tengah pasukan kerajaan. Bersama si Gaja banyak juga pemuda-pemuda gagah dari Pulau Morsa (Sumatera) yang dibawa Raden Wijaya untuk dijadikan prajurit kerajaan, karena sudah kenal sejak semula dengan si Gaja, mereka sering latihan bersama, berperang bersama.

Sudah disebutkan di atas, si Gaja ini orang yang suka usil dan nakal, kendati sudah berada di kerajaan Majapahit keusilan dia tidak berkurang, malah dengan tambahan ilmu yang didapatnya bertambah juga kenakalan-kenakalannya, namun sering juga dia lebih duluan bertanya kepada teman-temannya yang berasal dari Sumatra apa yang akan mereka lakukan. Teman-temannya berkata : GAJAIMADA ISI. Artinya: perbuatlah sesukamu disitu.
Orang-orang atau prajurit yang berasal dari wilayah lain yang mendengar pembicaraan mereka berpikir bahwa sebutan itu ditujukan sebagai panggilan kepada si Gaja yang mereka kenal gagah berani sehingga berkesimpulan bahwa nama prajurit perwira ini adalah : GAJAMADA.Sejak itu Gajamada itu menjadi panggilan resminya.
Ada juga cerita lain yang menyebutkan bahwa si Gaja kawin dengan gadis dari Pulau Dewata ketika pasukan Majapahit menaklukkan salah satu kerajaan di pulau itu. Perempuan itu bernama si MADE, dan dari perkawinan mereka memperoleh anak yang biberi nama GAJAMADE, yaitu perpaduan antara nama si Gaja dan si Made karena mereka berasal dari pulau yang berbeda, dan lama kelamaan GAJAMADE berubah panggilan menjadi GAJAMADA.
 Manapun yang benar dari legenda tersebut tetapi tetap mengaikan bahwa Gajamada masih mempunyai darah Batak. (Kata Legenda dan cerita).

Anting Malela akhirnya hidup bermadu dengan Boru Sibasopaet, hanya dengan demikian impian hatinya memperoleh keturunan dapat tercapai sebagimana petunjuk Mulajadi Nabolon.
Dari perkawinan Tuan Sorbadibanua dengan Anting Malela lahir 5 orang anak mereka yaitu :
1. Sibagot Nipohan,
2. Sipaettua,
3. Silahisabungan,
4. Siraja Oloan,
5. Siraja Hutalima.
Perkawinan Tuan Sorbadibanua dengan Boru Sibasopaet juga melahirkan anak, tetapi lahirnya anak tersebut ditandai dengan hal-hal yang tidak logika.
Pertama keluar dari rahim Boru Sibasopaet segumpal daging, tidak ada bentuk, si Boru Basopaet sangat sedih dan menangis karena yang dilahirkan bukan bentuk manusia, disamping itu akan timbul perasaan malu apabila orang lain mengetahuinya. Untuk menutupi kejadian tersebut dia menyembunyikan gumpalan daging tadi di tumpukan sekam padi (sobuon).
Demikianlah, si Boru Sibasopaet berlaku biasa sekan tidak terjadi apa-apa, tetapi hatinya luluh lantak bila teringat kejadian yang menimpanya. Dalam kesedihannya dia selalu mengasingkan diri di tepi hutan dan menangis disana. Suatu ketika, terdengar olehnya suara disela-sela suara suitan burung elang yang terbang melayang-layang di atas kampong mereka. Dengan kesaktiannya, hanya si Boru Sibasopaet yang dapat mengerti suara tersebut. Suara tersebut berkata bahwa pada waktunya gumpalan daging yang dia sembunyikan akan pecah, dari dalamnya akan keluar bayi mungil dan agar dinamai sesuai dengan tempat dia disembunyikan.

Benarlah kata suara tersebut, gumpalan daging itupun pecah dan dari dalamnya keluarlah seorang bayi mungil berparas tampan, tangisannya membahana memenuhi rumah mereka. Sesuai pesan yang didengar dan disampaikan kepadanya, si Boru Sibasopaet memberi nama kepada orok tersebut seperti nama tempat di disembunyikan yaitu : SOBU, karena dia disembunyikan di tumpukan SOBUON.
Kelahiran kedua juga demikian, hanya berupa gumpalan daging yang tidak berbentuk. Si Boru Sibasopaet menyembunyikan gumpalan daging itu diantara tumpukan kayu bakar ( soban, sumban ). Setelah gumpalan daging tadi pecah keluar pula bayi mungil yang kemudian diberi nama sesuai tempatnya disembunyikan : SUMBA, karena disembunyikan di tumpukan sumban.
Anak ketiga juga demikian halnya, lahir hanya berbentuk gumpalan daging, si Boru Sibasopaet menyembunyilan di salean yang sudah hitam pekat (naipos-iposon), setelah pecah dan keluar bayi mungil kepadanya diberikan nama sesuai tempat dia disembunyikan : NAIPOSPOS.

Dengan demikian maka anak Tuan Sorbadibanua ada 8 orang, lima orang dari isteri pertama Nai Anting Malela dan 3 orang dari Boru Sibasopaet. Anak Tuan Sorbadibanua ini termasuk pada generasi ke V dari si Raja Batak. Pada generasi ini nama anak Tuan Sorbadibanua yang menjadi marga sampai sekarang adalah POHAN dan NAIPOSPOS.
Dari anak-anak Tuan Sorbadibanua terlahir marga-marga yang sangat banyak dan terkenal sampai sekarang, masing-masing dari :
SIBAGOT NIPOHAN : disamping marga POHAN, keturunannya melahirkan marga-marga baru,
  • Anak pertama Tuan Sihubil melahirkan marga: TAMPUBOLON. 
  • Anak kedua Tuan Somanimbil melahirkan marga : SIAHAAN, SIMANJUNTAK, HUTAGAOL. 
  • Anak ketiga Tuan Dibangarna melahirkan marga : PANJAITAN, SILITONGA, SIAGIAN, SIANIPAR. 
  • Dan anak keempat Sonak Malela melahirkan marga : SIMAGUNSONG, MARPAUNG, NAPITUPULU dan PARDEDE.
 SIPAETTUA : anak Sipaettua ada tiga orang,
Dari anak pertama  PANGULU PONGGOK lahir marga : HUTAHAEAN, ARUAN dan HUTAJULU.
Dari anak kedua : PARTANO, lahir marga-marga : SIBARANI, SIBUEA dan SARUMPAET.
Dari anak ketiga : PARDUNGDANG lahir marga-marga : PANGARIBUAN dan HUTAPEA.

Jumat, 28 Juni 2013

BATAK , ANTARA SEJARAH DAN LEGENDA.(1)

BATAK , ANTARA SEJARAH DAN LEGENDA.

Batak (jaman dahulu kala) mempercayai adanya penciptaan langit, bumi dan segala isinya. Pencipta tersebut adalah Debata Mulajadi Nabolon.

Tetapi khusus untuk penciptaan manusia, sangatlah jauh berbeda. Menurut legenda Batak, manusia bermula setelah perkawinan antara si Borudeakparujar (salah satu dari 6 anak perempuan Bataraguru ) dengan Raja Odapodap, mereka dijodohkan oleh Debata Mulajadi Nabolon sewaktu mereka masih berdiam di Banua Ginjang/Surga (langit papituhon ).
Karena itulah dahulu ada “umpama Batak “ : Timus gabe ombun, ombun jumadi udan, mula ni tano dohot jolma ima sian si Borudeakparujar.


Dalam kepercayaan Batak, langit terdiri dari 7 lapis yaitu :

  1. Langit Pertama, adalah tempat hukuman roh orang yang semasa hidupnya selalu melakukan hal-hal yang terbalik dari aturan ( suhar pambaenan )
  2. Langit Kedua, adalah tempat hukuman roh orang yang semasa hidupnya selalu mencuri, merampok.
  3. Langit Ketiga, adalah tempat hukuman roh orang yang semasa hidupnya selalu panjang lidah, suka membicarakan orang lain ( siganjang dila ).
  4. Langit Keempat, adalah tempat hukuman roh orang yang semasa hidupnya memfitnah, lintah darat. Di sini juga tempat hukuman roh orang yang bunuh diri.
  5. Langit Kelima, adalah tempat roh orang yang semasa hidupnya suka menolong orang yang tidak punya ( dermawan ).
  6. Langit Keenam, adalah tempat pertimbangn/ putusan Bataraguru terhadap manusia yang akan lahir. Menurut leluhur Batak, manusia yang mau lahir ke dunia akan meminta dan bertanya lebih dahulu kepada Bataraguru bagaimana hidupnya nanti setelah lahir.( Dolok Martimbang hatubuan ni horahora, Debata na di ginjang suhat-suhat ni hita jolma ).
  7. Langit Ketujuh, adalah tempat roh orang yang semasa hidupnya baik, suci/percaya, tempat Mulajadi Nabolon, dan inilah surga.

Setelah perkawinan si Borudeakparujar dengan Raja Odapodap, lahirlah anaknya kembar dampit 
( marporhas ). Laki-laki dinamai RAJA IHAT MANISIA dan yang perempuan dinamai BORU ITAM MANISIA. Mereka bertempat tinggal di SIANJUR MULAMULA.
Pada saat penghuni langit ( Banua Ginjang ) dating mengunjungi mereka, Si Borudeak parujar dan Raja Odapodap ikut naik ke langit (Banua Ginjang ), tetapi Debata Asiasi dan si Boru Naraja Inggot paung tinggal bersama Raja Ihatmanisia dan si Boru Itammanisia di Sianjurmulamula.

Setelah besar, Raja Ihatmanisia kawin, tetapi tidak jelas siapa dan darimana istrinya, apakah kembarannya atau anaknya si Boru Naraja Inggotpaung, jang jelas mereka mempunyai anak 3 orang yaitu :
  1. Raja Miokmiok, 
  2. Patundal nabegu dan 
  3. Aji lampas lampas. (Aji Lapaslapas)
Karena perebutan harta dan selisih paham, ketiga bersaudara itu bertengkar, akhirnya si Patundal nabegu dan Ajilampaslampas meninggalkan Sianjurmulamula, tidak diketahui kemana perginya.

Inilah permulaan Sejarah Batak yang merupakan keturunan dari Raja Ihatmanisia.
Kalau Raja Ihatmanisia sebagai manusia pertama dalam sejarah dan legenda Batak, lantas bahagai mana hubungannya dengan si RAJA BATAK?
Menurut Legenda (mungkin juga Sejarah ) antara RAJA IHATMANISIA dengan si RAJA BATAK terdapat 5 generasi. Jelasnya anak Raja Ihatmanisia seperti diterangkan pada bagian Pertama ada 3 orang, yaitu Raja Miokmiok, Patundal Nabegu dan Ajilampaslampas (sebagian mengatakan Aji Lapaslapas). Setelah perpisahan ketiga bersudara itu kawin (tidak diketahui dengan siapa ) dan mempunyai anak ENGBANUA.

Anak Engbanua ada 3 orang yaitu :
  1. Raja Ujung, 
  2. Eng Domia (Raja Bonangbonang) dan 
  3. Raja Jau.
Konon, Raja Ujung adalah leluhur orang Aceh, Raja Jau adalah leluhur orang Nias, sedangkan Eng Domia adalah leluhur orang Batak, artinya menurut legenda ini maka orang ACEH adalah saudara tua (abang ) orang BATAK dan orang NIAS adalah adik orang Batak, tetapi ada juga pendapat bahwa leluhur orang Nias adalah RAJA ISUMBAON (anaknya si Raja Batak ).

Raja Bonangbonang mempunyai seorang anak yang dinamai RAJA TANTANDEBATA. Dari perkawinan Raja Tantandebata dengan istrinya si boru Basoburning, lahirlah si RAJA BATAK.
Si Raja Batak kawin dengan putri dari SIAM, sebagian mengatakan kawin dengan manusia jadi-jadian, tetapi kalau kita berpijak pada sejarah ada benarnya bahwa istri si Raja Batak berasal dari Siam (Benua Asia Kecil ).

Anak si Raja Batak ada 2 orang, yaitu:
  1. GURU TATEABULAN dan 
  2. RAJA ISUMBAON.  
Guru Tateabulan sering juga disebut dengan ILONTUNGAN alias si MANGARATA, alias TOGA DATU.
Semasa remaja, Guru Tateabulan mendapat warisan benda-benda pusaka pemberian “tulangnya” dari Siam yaitu berupa :  
  • tombak siringis, 
  • batu martaha dan 
  • cincin yang cocok pada semua jari tangannya.
Guru Tateabulan kawin dengan SIBASOBURNING, yang menurut versi keturunan Borbor Marsada adalah anak gadis manusia primitive yang sudah ada di daerah Sumatera, tetapi sebagian versi mengatakan bahwa Sibasoburning adalah putri jadi-jadian (boru ni homang ), karena kemampuan kesaktiannya, Guru Tateabulan dapat mengajari istrinya menjadi orang beradab. Dari perkawinannya mereka mempunyai 9 orang anak laki-laki dan perempuan. Mereka adalah :  
  1. Raja Biakbiak (Raja Miokmiok), 
  2. Tuan Sariburaja (Ompu Tuan Rajadoli), 
  3. Limbong Mulana, 
  4. Sagala Raja dan 
  5. Silau Raja
sedangkan putrinya adalah :
  1. Siboruparema, 
  2. Siboru Anting Sabungan dan 
  3. Siboru Biding Laut, sedangkan seorang lagi yaitu  
  4. NANTINJO konon adalah Waria (Banci ) pertama dalam Legenda dan Sejarah Batak.
 Menurut cerita, Tuan Sariburaja dan Siborupareme lahir kembar dampit (marporhas).
Raja Isumbaon adalah manusia misterius, tidak ada yang tau cerita dan keberadaannya, tetapi kemudian disebutkan dari perkawinannya lahir 3 orang anaknya yaitu :  
  1. Tuan Sorimangaraja, 
  2. Raja Asiasi dan 
  3. Sangkar Somalidang.
Dari cerita di atas jelas terlihat bahwa marga pertama dalam Silsilah/Tarombo orang Batak adalah marga LIMBONG dan marga SAGALA.
Pertanyaan akan selalu muncul mengikuti logika, Raja Batak mempunyai 2 orang anak, tidak disebutkan mempunyai anak perempuan, pertanyaan yang paling lumrah adalah : Anak Perempuan siapa yang menjadi isteri mereka, kalau memang manusia juga, berarti pada masa itu sudah ada manusia lain selain keluarga si Raja Batak.
Seperti di sebutkan pada Episode II, isteri Guru Tateabulan ada yang mengatakan dari kelompok orang primitive yang sudah ada di sekitar Danau Toba, dan pendapat lain mengatakan keturunan makhluk jadi-jadian (boru ni homang ).

Pertanyaan seperti itu juga muncul pada masa kekinian setelah orang Batak mengenal agama monotheis
( Kristen dan Islam ), pada zaman penciptaan manusia Adam dan Hawa (Eva) yang mempunyai anak Kain, Habel dan Set. (baca Kejadian: 4 dan 5 ), lantas siapa dan anak siapa istri Kain dan Set? Ok, hal itu tidak perlu diperdebatkan karena sudah menyangkut masalah keimanan seseorang.

Guru Tateabulan dan Raja Isumbaon setelah berkeluarga, meminta hak kepada ayahandanya si Raja Batak, tetapi pada masa itu belum banyak harta benda yang bisa diserahkan si Raja Batak kepada kedua anaknya, dan memang juga bukan harta benda yang mereka minta, tetapi “sangap” dan “kesaktian”. “Berikanlah kepada kami yang belum pernah kami lihat dan yang belum pernah kami ketahui”, kira-kira demikianlah permintaan Guru Tateabulan dan Raja Isumbaon. Si Raja Batak walaupun punya kseaktian, tetapi dia tidak bisa memberikan apa yang diminta anaknya, karena itu dia meminta kepada kedua anaknya agar bersabar dan sama-sama memohon (martonggo ) kepada Mulajadi Nabolon Debata Natolu agar diberikan “ sahala tua sahala harajaon .“

Debata Natolu Mulajadi Nabolon mengabulkan permintaan doa mereka, maka dikirimkanlah 2 (dua) buah gulungan surat Batak.
  • Pada gulungan pertama tulisan arang (tombaga agong ) yang menjadi bagian Guru Tatea Bulan berisi tentang ilmu: Perdukunan/Pengobatan, Kesaktian, Seni pahat , Kekuatan, juga ilmu beladiri (parmonsahon ) dan ilmu menghilang ( pangaliluon ).
  •  Pada gulungan kedua surat tombaga holing berisi tentang ilmu : Pemerintahan, hukum, bercocok tanam dan dagang.

Salah seorang keturunan Guru Tateabulan adalah Raja Biakbiak (Raja Miokmiok ), kelahirannya disertai guruh, hujan lebat dan angin puting beliung, namun setelah lahir alangka kaget dan kecewanya si Guru Tateabulan dan istrinya si boru Basoburning, karena yang lahir tidak sempurna sebagai manusia, tidak punya kaki dan tangan. Dia tidak bisa duduk, hanya bisa berguling-guling, karena itu Raja Biakbiak dinamai juga Raja Gumelenggeleng (guling-guling).

Pada suatu waktu, Mulajadi Nabolon Debata Natolu turun ke bumi (Sianjurmulamula) dan mencobai iman (haporsean ) Guru Tateabulan. Mulajadi Nabolon meminta agar Guru Tateabulan menyerahkan anaknya Sariburaja untuk dipotong dan dipersembahkan. Guru Tateabulan mengatakan, “ Datangnya dari Tuhan (Mulajadi Nabolon Debata Natolu ), kalau Mulajadi Nabolon meminta, saya tidak berhak menolak”. Mendengar itu Raja Biakbiak berpikir bahwa dialah yang akan dipotong/dibunuh, dibandingkan Sariburaja yang sempurna, dia tidak ada harganya, maka dengan tergesa-gesa dia meminta kepada ibunya agar menyuruh ayahandanya menyembunyikan dia. Guru Tateabulanpun menyembunyikan dia di Gunung/Dolok Pusuk Buhit.

Sariburaja jadi dipotong dan dipersembahkan, tetapi karena Guru Tateabulan ikhlas dan Sariburaja tidak menolak menjadi korban persembahan, Mulajadi Nabolon menghidupkan dia kembali serta memberikan berkat (pasu-pasu).

Mulajadi Nabolon datang dan pergi selalu dari puncak Dolok Pusuk Buhit, maka ketika dia mau kembali ke banua ginjang melalui Dolok Pusuk Buhit, dia melihat Raja Biakbiak ada di situ. Raja Biakbiak memohon kepada Mulajadi Nabolon agar disempurnakan, Mulajadi Nabolon pun mengabulkan permohonan Raja Biakbiak, diberi tangan, kaki, bahkan diberi sayap, ekor dan mulutnya seperti (maaf ) moncong babi.
 
Pada saat itu Mulajadi Nabolon berkata : “ Walau bentuk tubuhmu tidak sempurna seperti manusia biasa, tetapi kamu punya keistimewaan, tidak akan pernah tua, tidak akan mati dan kamu akan menjadi perantara manusia yang akan memberikan persembahan kepadaku, kuberi kamu gelar RAJA HATORUSAN atau juga RAJA UTI.”

Dengan kemampuannya Raja Biakbiak/Raja Miokmiok/Raja Gumelenggeleng/ Raja Hatorusan/ Raja Uti dapat pergi kemanapun sesuka hatinya, namun pada awalnya dia pulang ke Sianjurmulamula, kemudian ke Aceh dan ke bagian selatan Tapanuli ( Barus ).

Telah disebutkan di atas bahwa Tuan Sariburaja lahir kembar dampit dengan Siboru Pareme, dikemuadian hari rasa cinta tumbuh diantara keduanya dan merekapun melakukan perkawinan incest (sedarah terlarang), inilah mungkin salah satu peringatan bagi masyarakat Batak sekarang apabila mempunyai anak yang lahir kembar dampit selalu dipisahkan pengasuhannya agar tidak terjadi sebagaimana antara Tuan Sariburaja dengan Siboru Pareme.

Dari perkawinan antara Tuan Sariburaja dengan Siboru Pareme, lahirlah serang anak laki-laki yang kemudian diberi nama SI RAJA LONTUNG. Si Raja Lontung lahir di tengah hutan rimba yang belum pernah didatangi manusia, karena Si Boru Pareme dibuang oleh saudaranya karena malu dengan perbutannya. Tetapi ada juga yang berpendapat bahwa Si Raja Lontung adalah keturunan si Borupareme dengan Babiat Sitelpang yang selalu datang membawa makanan kepada Si Boru Pareme, karena Si Boru Pareme menolong mengambilkan tulang yang tersangkut di mulut harimau itu. Kalau pendapat ini benar, timbul pertanyaan : Mengapa dan apa penyebab Si Boru Pareme berada di tengah-tengah hutan belantara? Karena tidak mempunyai alasan yang kuat, maka pendapat lebih cenderung mengatakan bahwa Si Boru Pareme memang dibuang oleh saudaranya ke hutan belantara ( tombak longo-longo, harangan rimbun rea parhais-haisan ni babiat paranggun-anggunan ni homang).

Tuan Sariburaja adalah orang yang tidak betah berdiam diri di suatu tempat, dia selalu berkelana dari satu daerah ke daerah lain, dan di daerah baru itu beberapa kali dia kawin lagi.
Adalah Nai Mangiringlaut, salah satu istrinya, dikatakan adalah manusia peliharaan lelembut
( homang ), dari perkawinannya dengan Nai Mangiringlaut lahirlah SI RAJA BORBOR. Setelah anaknya lahir Tuan Sariburaja membawa mereka ke suatu tempat di luar Sianjurmula-mula, tempat itu sekarang dikenal dengan PARIK SABUNGAN.

Sampai saat ini masih ada kontroversi diantara keturunan Tuan Sariburaja, siapa yang lebih dahulu lahir antara SI RAJA LONTUNG dan SI RAJA BORBOR. Kalau dalam sejarah dan Tarombo Borbor Marsada, yang lebih duluan lahir adalah si Raja Borbor yang otomatis menjadi siabangan ( sihahaan), konon menurut cerita sewaktu Nai Mangiring Laut mengandung, si Boru Pareme datang menggoda saudaranya Tuan Sariburaja dan terjadilah hubungan terlarang.

Di lain tempat ( di daerah Barus sekarang ), Tuan Sariburaja juga mempunyai isteri yang tidak jelas diketahui asal-usulnya, sebagian mengatakan putri Tamil, sebagian lagi mengatakan keturunan harimau, dari perkawinannya lahir anaknya laki-laki yang dinamai RAJA GALEMAN atau digelari juga dengan SIBABIAT.

Dari cerita di atas jelaslah bahwa keturunan Tuan Sariburaja ada 3 orang yaitu :
  1. LONTUNG,  
  2. BORBOR dan 
  3. SIBABIAT. 
Dari ketiga orang tersebut, dikemudian hari berkembang marga-marga yang sekarang kita kenal dengan kumpulan marga : NAIMARATA, BORBOR MARSADA dan LONTUNG MARSADA.

Telah diterangkan di atas, Guru Tateabulan mempunyai 3 orang anak perempuan, selain Si Boru Pareme yang dua lagi adalah SIBORU ANTING SABUNGAN (Siboru Paromas ) dan SIBORU BIDING LAUT. Kedua wanita ini kawin dengan TUAN SORIMANGARAJA anak dari Raja Isumbaon.
Isteri Raja Isumbaon sendiri ada 3 orang, satu lagi adalah SIBORU SANGGUL HAOMASAN yang belum jelas asal usulnya darimana dan anak siapa.

Pada masa itu, keturunan si RAJA BATAK terbagi atas 2 kelompok,
  • keturunan Guru Tateabulan disebut dengan ILONTUNGON 
  • sedangkan keturunan dari Raja Isumbaon disebut SUMBA.
Dikemudian hari, dari 2 kelompok tadi berkembang menjadi 5 kelompok yang menjadi INDUK MARGA-MARGA BATAK yang ada sekarang, dengan catatan bahwa keturunan dari Raja Asiasi, Sangkarsomalidang, Toga Laut dan keturunan Sariburaja dari isteri ketiga yaitu Raja Galeman (Sibabiat) belum termasuk, karena keturunan mereka tidak jelas keberadaannya dan patut diduga ada di daerah Asahan, Langkat, Karo, Deliserdang, Binjai dan di Aceh ( Tapak Tuan, Takengon dan Kutacane).
 
Salah seorang anak dari Guru Tateabulan ialah NANTINJO yang dikatakan sebagai BANCI/WARIA pertama dalam sejarah dan legenda orang Batak. Orang mengatakan bahwa dia sebenarnya berjenis kelamin laki-laki tetapi pembawaan dan tingkah laku layaknya perempuan sebagaimana waria yang kita kenal sekarang. Guru Tateabulan dan saudara-saudaranya memaksa dia supaya berumah tangga, pada mulanya Nantinjo masih bisa memberi alasan, tetapi kemudian di belakang hari dia tidak bisa lagi mengelak anjuran dan paksaan orang tuanya. Dia masih berusaha untuk menolak dengan meminta “sinamot” sebanyak satu perahu penuh emas, dengan harapan tidak ada yang sanggup memberikannya, ternyata dia keliru. Ada saja orang yang dating melamar dia dengan “sinamot” sebanyak yang dia minta, Nantinjo tidak bisa mengelak, diapun dibawa oleh “suaminya” menyeberangi danau ke tempat mertuanya. Di perjalanan, Nantinjo berpikir bahwa sesampai di tempat mertuanya “dunia” akan geger apabila masyarakat mengetahui cacatnya. Maka dengan putus asa, dia berdoa (martonggo) ke Boru Saniangnaga dan Mulajadi Nabolon Debata Natolu :  
“ O ale ompung Mulajadi Nabolon, Debata Natolu na di Banua Ginjang dohot ho Boru Saniangnaga pangisi ni Banua Toru, ompuompu ni hunik nama au tinuhor sian onan, dang bulung ni dulang dang bulung ni rias, ompu ni hinalungun soada tudosan, napaila damang molo tarboto tihas, tagonanma langge padopado sikkoru, tumagonan ma mate daripada mangolu, buatton ma au begu luahon au sombaon ai sudena on soboi be hutaon. “

Setelah berkata demikian, Nantinjo melompat ke tengah danau dan tenggelam.

Pada saat berangkat dari Sianjurmulamula, dia dibekali dengan alat tenunnya yang selalu dia pakai semasa “gadisnya” bersama “buluhot” (pangunggasan yang terbuat dari bambu), setelah Nantinjo tenggelam, semua peralatan itu mengapung sehingga orang yang menemukan mayat Nantinjo juga menemukan semua peralatan tenun tersebut dan membawanya ke darat. Nantinjo dimakamkan di Malau bersama semua peralatannya, dikemudian hari dari makamnya “buluhot” tersebut tumbuh bambu besar (bulu godang ) yang ada sampai saat ini di Tiga Malau dekat Simanindo, dan tempat tersebut sampai sekarang dianggap sebagai tempat keramat.
 

Telah diterangkan di atas bahwa Raja Isumbaon ada 3 orang yaitu : Tuan Sorimangaraja, Raja Asiasi dan Sangkar Somalidang.
Tuan Sorimangaraja mempunyai 3 orang isteri, 2 orang diantaranya adalah putrid Guru Tateabulan yaitu Siboru Anting Haomasan ( Siboru Paromas ) dan Siboru Biding Laut. (Kalau jaman kekinian tentunya itu terlarang, karena dia mengambil isteri dari putrid Bapatuanya, tetapi pada masa itu karena memang penduduk disekitar danau Toba masih sangat jarang, hal tersebut adalah lumrah).
  • Dari isteri pertama Tuan Sorimangaraja dia mempunyai anak yang dinamai si AMBATON dan dari 
  • isteri kedua juga seorang, dinamai si RASAON.
  • Dari isteri ketiga yang tidak diketahui dari mana asal-usulnya yang bernama Siboru Sanggul Haomasan, Tuan Sorimangaraja mempunyai anak dan diberi nama si SUANON.
bersambung ....................

Sejarah Nababan di Hitetano (2)




VIII.PAMONA PANGAMBITTUA JADI KAWIN DGN TAILAN
Setelah selesai makan malm,raja memanggil Isteri nya dan Puteri nya agar duduk lebih dekat karena akan ada sesuatu ai akan sampai kan.kemudian raja tersebut menceritakan mulai dari awal perkenalan nya dengan pamona sampai telah banyak mengikat janji dan mungkin tidak bisa mengingkari nya lagi.dia menceritakan bahwa pamona itu adalah seorang anak yang jujur dan berani dan serta yang baik.
Mendengar cerita ini kadang kadang si tailan bernafas panjang padahal dalam hati nya ia sudah girang,syukurlah,dalam hati sudah gembira karena selama ini memang ia menaruh hati kepada nya Cuma ia takut mengatakan kepada ayah nya maka terjadilah seperti yang pepatah kata kan :pucuk di cinta ulam tiba.ia mau mencium nya.tapi isteri raja tsb tidak ada komentar apa apa paling paling senyum dan begitu puteri nya lihat lansung mendekat ke pamona di mna selama ini ia tidak pernah beraniberbuat demikian,ia duduk dekat dengan pamona dan lansung di tegor.
Isteri raja itu juga datang dan selanjut nya pamona di suruh salaman dengan si tailan dan di teruskan pemberian sirih oleh isteri raja tsb kepa pamona.dan yang memberikan nya adalah si tailan selanjut nya mulai dari itu.mangkin akrab lah hubungan mereka berdua kira kira tiga hari kemudian di adakan lah pesta perjamuan/kawin anak nya itu.semua raja
Raja bius di undang dan rusa tadi lah yang di potong untuk di makan di sana,di iringi dengan gondang sabangunan/kesenian batak dengan tortor.pada waktu pesta tsb semua acara adat berjalan dengan baik dan sempurna jambar/dagingrusa itu pun di bagi bagi kan kepada tamu tamu teruta raja yang di undang dari tetangga kampung tsb.
Kemudian sejak ini lah si tailan syah menjadi isteri pamona atau jadi menantu nya raja si manjuntak itu.dan dengan mengambil pamona sebagai menantu nya ternyata raja yidak terhina atau tidak turun/berkurang kehormatan nya di mata orang banyak dan tamu tamu nya ini di sebab kan semua orang sudah tahu akan ke bolehan nya dan kehebatan pamona terutama di dalam hedatuon/perdukunan tadi.juga kebaikan kejujuran serta keberaniannya dan konon tanduk rusa yang di jadi kan pada upacara pesta perkawinan pamona denaga si boru tailan itu masih ada sampai sekarang di simpan di kampung lumbangala-gala(balige)
IX.ASAL MULA PAMONA MENJADI MARGA NAIBAHO
Selanjut nya pamona tinggal bersama satu rumah dengan raja tsb jadi pamona ini lah yang di sebut hela sinonduk,artinya menantu di ijin kan tinggal bersama dengan keluarga/orang tua perempuan.
Namun pamona mereka tidak nak dan kurang bebas kalau ia tinggal bersama martuanya satu rumah,merasa cangumg dan tidak bebas mengatur kluarga nya nanti.untuk itu mintak tanah/pekarangan dari martua nya untuk tempat mendirikan rumah buat dia dan isteri nya
Sementara permintaan Pamona pun di Kabul kan oleh raja dan kepada nya di berikan tanah tempat mendirikan rumah yang bernama mualbaho.kemudian pamona mendirikan gubuk/rumah kecil di sana di sekeliling rumah ini di tanami sayur sayuran dan ubi ubian,dan kebetulan si tailan ini adalah orang Napadot/Artinya rajin berusaha maka mulaui dari sini mulai lah tumbuh dan berkembang kehidupan mereka.
Sesuai dengan ketentuan orang batak.kita tidak boleh mengucapkan atau memanggil bosan kita sedangkan di kampung tsb banyak sekali.bosan nya pamona maka kalau mau ngomongin pamona.maka besanbesannya ini kebingungan dan tidak sampai hati mengatakan nya.
Biasanya karena nama nya tidak bisa kita katakana bila besanan maka hanya marganya lah yang bisa di panggil.padahal sampai saat ini pamona belum memberitahu kan marga nya kepada siapa pun.jadi apabila besan nya menyuruh seseorang ia mengatakan begini tolong ambil dulu..katakan lah pisaudari besan kita pang kita tinggal di baho itu.
Kalau mau bilang baho sering salah apalagi kalau kita berbicara dng cepat.dan dari sini la asal mula nya dari baho menjadi naiboho sebetul nya dalam bahasa batak na di baho artinya yang di kampung baho itu.
Jadi lama kelamaan setelah sekian lama pamona tinggal di kampung itu maka merencanakan besannya itu menjadi naibaho dan ini lah yang di anggap menjadi marga dari pamona.sementara pamona sendiri kalau di panggil naibaho mau juga maka resmilah ia menjadi Naibaho.
Lama kelamaan setelah sekian lama pamona tinggal di kampung itu maka merencanakan akan memberi gelar kepada manantunya supaya lebih besar nama nya dan terhormat di kampung tsb.gelar yang di beri kan itu ia lah MENGAMBIT TUA NAIBAHO.
Tapi kalau ia pergi ketempat lain misal nya ada yang panggil karena ia seorang dukun maka ia lebih senang di pangil datuk mangambittua.
Demikian lah berlansung lama kelamaan Cuma mengmbit tua lah ia sering di pangil orang dan nama pamona pun jarang disebut,ia sendiri senang kalau tidak di panggil pamona cukup lah dengan mengambittua karena ia selalu terbayang/teringat akan sejarah pertualangan nya asal mula nya maka ia lari dari kampung nya yakni membunuh anak
kecil bersama ayah dan kedua adik nya.jadi ia tetap berjaga jaga sipa tahu pihak keluarga anak yang mereka culik tsb masih mencuri nya.
X. PAMONA MENGAMBITTUA TINGGAL KAN LUMBA GALA-GALA.
Sekalipun pamona sudah berumah tangga tapi keahlian nya sebagai dukun tidak di tinggal kan karena ia malah banyak dapat duit dari perkerjaan itu demikian juga hasil pertaniannya pun semua bagus.ia selalu untuk mencari tempat yang lebih bagus sebagai kampung nya nanti sementara anak nya sudah lahir,karena ia merasa kurang anak tinggal di kampung mertuanya untuk itu lah ia selalu pergi melihat daerah mana yang lebih longgar untuk di jadi kan pertanian nanti.
Dari hasil pengamatan nya melihat daerah/kampung yang akan di tempati nanti.kampung pintu batu/parsambilan-silaelah yang menarik dan tertarik dalam hati nya.di mana kampung ini sudah ada yang huni yakni marga panjaitan tapi belum begitu padat penduduk nya,pada suatu ketika isteri nya di bawa pindah beserta anak anaknya ke pintu batu tadi.mereka tinggal di sana selang beberapa tahun dan kehidupan nya cukup alias pekerjaan tani nya berhasil.kerena tanah di sana subur dan padi pun bagus bagus.
Mereka tidak begitu lama tinggal di kampung pintu batu tsb karena marga panjaitan itu kurang cocok dengan ia.malahan tidak jarang mereka bertengkar dan berselisih dengan mereka.
Merasa tidak cocok tinggal sekampung dengan mereka maka pamona pindah ke kampung si torus godang di mana kedua kampung tsb tidak begitu jauh jarak nya di sini tanah sangat subur sehinggah padi di sana bagus dan demikian juga tumbuh tumbuh lain.
Pada mula nya mereka tinggal di sana dengan tentram rumah pun di dirikan di sana dengan tanah persawahan yang luas.tapi setelah lama ia tinggal di sana terjadilah perselisihan antara meeka dengan penduduk kampung asli tadi.konon menurut berita asal mula terjadi ketidak cocokan itu di sebabkan pamona punya banyak sapi an kerbau kuda sehingga sering lari/makan padi atau tanaman lain milik orang kampung tsb.tidak hanya sawah yang rusak kuda nya pamona tadi tapi dindidng rumah mereka juga sering di gigit melihat ini tentu saja mengundang amarah dan pertikayaan selanjut nya.
Lama kelamaan mereka makin tidak kompak dan malahan sudah semangkin sering berselisih baik karena sapi/kuda merusak sawah atau pun dng rusak nya rumah rumah penduduk akibat ulah kuda pamona tadi.
Penduduk asli kampung itu kepada pamona sedang untuk mengusirsecara terang terangan pamona,sedang untuk mengusir secara dan keberanian apalagi mereka tahu ia adalah seorang datu /dukun besar yang di segani dan di takuti.di tambah lagi anak anak pamona semua nya ganteng ganteng dan besar besar.
Kemudian penduduk setempat terpaksa cari akal/jalan lain untuk mengusir pamona beserta anak anak nya mereka mengadakan rapat besar tampa setahu pamona.bagai mana cara mengusir dari kampung itu ada usul dari seseorang peserta rapat gelap itu dia menyatakan menuduh agar pamona di tuduh mencuri babi.dan bisa di bukti kan dgn melihat hasil nya nanti curiannya itu ada di rumahnya.kemudian usul tsb mereka setujui.
Semua.besok nya mereka membunuh seekor induk babi salah satu penduduk kampung tsb kemudian di masuk kan ke dalam rumah Pamona di mana wakti itu kebetulan pamona dengan anak anak pergi kesawah.maklum lah pada Zaman dulu rumah tidak pernah di kunci dan hampir jarang ada kemalingan dari rumah.
Setelah sore datang lah penduduk yang punya babi tsb,pura pura memanggil babi nya untuk di beri makan.tetapi babi tersebut tidak muncul.demikian lah ulah orang itu pura pura di panggil lagi dengan suara yang keas.tapi tidak muncul juga babi tsb.
Kemudian penduduk kampung tsb seolah tidak tahu,mereka pura pura Tanya sudah berpa hari babi nya hilang lalu di jawab blm begitu lama tadi pagi masi saya beri makan kalau begitu kita sudah curiga akan hal ini.demikian ucapan penduduk kampung tsb
Mungkin sudah di bunuh orang,siapa tahu sudah mau di makan demikian lah ucapan mereka pura pura saling bertanya siapa yang membunuh nya dan dim n gerangan babi itu di taruh,pokok nya mereka memainkan sandiwara di sana untuk maksud memojokkan pamona dan keluarganya.kemudian mereka bertanya kepada datu pamona dan anak anak nya apakah mereka yang mengambilnya.tentu saja pamona menjawab tidak sama sekali tahu tantang itu.karena memang mereka tidak tahu bahwa babi itu telah di maksud kan di atas para para sejenis lemari terbuka dekat dapur rumah nya dia.
Jadi sementara ada seorang penduduk yang bilang,begini saja karena tidak ada yang menga ku di antara kita semua nya maka lebih baik kita periksa saja rumah kita semua/di geledah maksud nya kerena tidak mungkin ada pencuri babi datang dari kampung lain.
Sekarang terjadilah penggeledahan mula mula mulai dari ujung sampai ketemu rumah pamona/datu mengambittua tsb.
Pura pura pemeriksaan di mulai dari kandang di bawah rumah pamona lalu di teruskan ke dalam rumah sehinggah ke pombera/tempat babi tadi mereka taruh,kemudian penduduk pun marah segalamacam yang tidak enak ejekan dan lain lain di lontarkan ke pamona namun demikian pamona tetap mempertahan kan bahwa bukan ia atau keluarganya yang membunuh babi dan menyimpan di rumah nya,sampai sampai ia bersumpah menyatakan bahwa mereka bukan lah pencuri babi tersebut.
Tapi karena memang penduduk kampung tsb sedang berencana berbuat demikian,maka seolah olah makin marah lah terhadap Pamona karena meraka tidak mengetahui.makin bertambalah kata kata besar permusuhan serta dendam mereka sebetul nya penduduk tsb sudah mau menampar pamona sewaktu ia tidak mengaku tapi karena mereka tahu bahwa ia adalah oang kuat dan berani jadi penduduk tersebut takut.
Akibat semangkin lama semangkin tidak cocok lagi tinggal di kampung tsb.maka mengambttua mengajak serta membujuk anak anak nya agar pindah saja dari kampung tersebut ke talak batu arah ke habinsaran/timur dari kampung siturus gadong tadi.yakni sebuah kampung yang berada di lereng bukit sebelah timur dari kampung yang berdekatan Sitorus Gadong.
Sementara penduduk kampung ini belum begitu ramai/padat dan mereka juga baik maka semua yang kejadian yang di alami pamona bserta keluarganya mereka ceritakan termasuk dari pintu batu apalagi yang terakhir di sitorus gadong,semua di ceritakan sebab sebab kepindahan dari sana mendengar keterangan tsb maka penduduk talak batu tadi merasa kasihan kepada mereka sedikit pun mereka tidak membela atau berpihak ke sitorus gadong sekalipun mereka satu marga.
Mereka membiarkan mengambittua menggarap tanah untuk persawahan dan mendirikan rumah di sana tidak pernah terjadi percekcokan/perselisihan di antara mereka dengan penduduk asli nya malahan mereka saling menjaga hart ataman nya masing masing hidup rukun bertentangan dng mereka.
XI.MENGAMBITTUA IKAT JANJI DENGAN SITORUS TALAK BATU/HARPADAN :
Tidak begitu lama mereka satu kampung dengan Sitorus di talak batu.sudah bgitu akrab sama seperti sanak saudara atau semarga,seolah olah ada hubungan daerah di antara mereka.
Pada Zaman dahulu sering satu kampung bermusuh musuhan dengan kampung lain mungkin karena batas sawah mereka yang bergeser.mungkin karena ulah anak muda .mungkin di sebab kan utang dan macam macam penyebabnya,akibat permusuhan ini ada yang memuncul kan masalah jadi perang antar kampung di mna bisa bisa satu kampung tersebut di mati kan atau di bunuh.
Akibat nya dulu orang menghendaki penduduk apalagi satu marga supaya banyak kelak kalau terjadi perang nanti bisa di andal kan.tidak jarang terjadi satu keluarga kecil di injak injak keluarga besar.dan itu lah sebab nya pepatah mengatakan: bintang narumiris tuombun nasumorop.anak Pamona anteng risris jalan baru petorop.
Maranak sampulu pitu marboru sumpulu onom.maksud nya mudah mudahan kita punya banyak anak laki laki dan perempuan.
Dengan kehadiran mengambittua serta anak nya 6 orang ganteng ganteng dan besar besar tadi maka makin aman lan perasan sitorus talak batu tadi dari ancaman musuh/lawan.pada waktu ketika seorang kakek dari talak batu di tahan oleh marga si laen
Mereka tidak berani kepada marga silaen oleh karena jauh perbedaan jumlah mereka di banding kan dgn silaen yang begitu banyak.
Setelah datu mengambittua tahu kejadian tsb ia lalu pasang siasat/mencari jalan bagaimana cara untuk melepaskan kakek yang malang di tahan tadi,kemudian pada suatu hari ia pergi ke tempat tahanan tadi.selanjut nya ngumpat di sekeliling tempat itu dan pada malam hari nya berangkat lah rombongan dari talak batu masing masing bawa obor dua buah satu di tangan kanan satu di tangan kiri masing masing,menuju silaan.
Melihat banyak nya rombongan yang datang kearah silaan maklum dua obor satu orang tentu kelihatan jadi banyak.bertambah lah orang yang datang itu yakni dua kali lipat melihat ini silaenpun bersiapsiap di luar kampung untuk menghadapi perang yang menurut sangkaan mereka bakal berlansung,oleh karena di hadapi rombongan talak batu tadi dan melihat banyak nya yang datang menyerang,maka penjaga kakek yang di tahan tadi juga iukt mau menghadapi alias tidak ada lagi yang menjaga kakek/tahanan tadi. Ini lah kesempatan yang di pergunakan datu mengambittua kemudian dengan cepat ia keluar cepat dari persembunyian untuk segera melepaskan/membebaskan kakek tadi dan dibawa pulang ke talak batu.
Perang tidak terjadi,karena memang sasaran/tujuan mereka hanya membebaskan kakek tadi,mereka tahu tidak mungkin bisa mengalah kan silaen yang jauh lebih banyak orang nya dari talak batu.
Mereka bergembira atas keberhasilan siasat mengambit tadi maka mangkin lama intim lah Pergaulan/Hubungan kekeluargaan mereka.
Karena hubungan pergaulan tadi sudah semangkin baik,maka timbul lah niat di antara mereka mengadakan perjanjian/padan dgn maksud agar kelak mereka sama sama menhadapi ke susahan atau pun ke gembiraan.
Ada pun isi perjanjian/padan tsb sbb: Sisada Laklak Sisad Sikkoru,sisada anak sisada boru mengangkat rap tu ginjang manimbung rap tu toru.
Artinya:mereka (datu mengambittua dengan sitorus talak batu) harus menganggap samsama susah sam sama dalam gembirakira kira itu lah maksud dari isi perjanjian tsb jadi mengambit harus menganggap anak nya sitorus itu anak nya sendiri demikian sebalik nya keturunan mereka tidak boleh kawin karena sudah di anggap anak saudara sendiri.
Pada waktu perjanjian tsb mereka berpesta dan semua yang hadir turut mengucap kan janji/sumpah tadi siapa yang Ingkar/Melawan janji/sumpah ini maka ia akan kualat atau tersingkir dari keluarga.ada lagi pepatah mengatakan.togu urat ni bulu toguan urat ni padang togu do namardongan tubo toguan do namar-padan artinya lebih kuat atau lebih ketat Janji/Sumpah dari pada sanak saudara sendiri/satu marga.
Memang sungguh baik pengaruh nya janji/sumpah/padan tadi mereka selalu tanamkan/beri tahu kan kepada keturunan mereka akan hal ini sampai saat ini.malahan lama kelamaan tidak hanya sitorus talak batu lagi yang mengakui padan tadi.sudah termasuk sitorus pane dan malahan sitorus godang sendiri jadi ikut berpadan dng datu mengambitt tsb.
Sementara sitorus pane sendiri sudah banyak di kampung kampung daerah habinsaran. maka berita parpadan tsb telah bersiap ke mana mana sehinggah semua sitorus pane di kampung lain juga mengakui/berpadan lah dengan datu mengambit tadi kemudian puteri/keturunan mengambt tua yang bemarga naibaho waktu itu apabila kawin/berumah tangga selalu mendekatkan dirinya terhadap marga sitorus pane terutama waktu itu yang banyak di huni sitorus pane ialah lumanpeo. Lumbenruhap hutagurgur paseoburan dll.
Untuk lebih Mendekat/Intim kekeluargaan nya karena kebanyakan yang di daerah habin saren adalah sitirus pane.
Mulai dari situ Naibaho dengan Sitorus Pane di anggap.malahan menjadi satu atau sama disetiap acara apapun terutama pesta antara kedua marga ini harus saling menghormati dan di beri jambar /bagian.begitu juga terhadap musuh mereka harus sama sama menghadapi terutama dlam kesusahan.jadi pada waktu pesta bagi jambar harus di sebut demikian: missal nya sitorus yang punya hajat/pesta.ia harus mengatakan:
Dengan sapadan nami naibah.nion jambarna.begitu sebalik nya bia naibaho yang punya pesta.dengan sepadan nami Sitorusnion jambarna maksyd nya antara kedua marga yang telah berjanji/sumpah/padan tadi tidak boleh di lupakan harus dapat bagian.
Sampai sekarang aturan/hokum/padan padan ini masih berlaku tapi ingat tidak pernah di sebut dongan tubu nami Naibaho dan si torus talak batu,tapi terjadi perkembangan sampai sekarang setelah naibabo resmi jadi NABABAN{1955}maka hamper seluruh marga nababan di mana pun berada tidak mau kawin dengan siputeri pane dan sebalik nya di mana pun Sitorus Pane tidak akan mau kawin dengan puteri nababan seolah olah dari sejak Borsak mengatasi NABABAN dengan Ompu/kakek sitorus pane saja sudah Marpaden.
Di balik parpaden itu juga ada pengaruh negative nya.tidak jarang atau banyak di antara keturunan pamona yang malah membuat marga nya sitorus pane zaman dlu.mungkin
Karena di anggap sudah sama atua karena hal lain kebanyakan keturunan mengambittua yang tinggal di hualu mereka tidak tahu lagi silsilah dengan nababan karena sudah
banyak yang malahan bermarga Sitorus Pane yakni yang tinggal di Gonting saga Bandar pulo dan lain lainlah di sekitar sana.
Lebih lebih pada zaman penjajahan dulu di sana yang berkuasa adalah sultan jdi mereka tidak begitu acuh/ketat lagi dengan maerga nya sitorus pane apakah ia Naibaho sekalipun mereka tahu bahwa mreka jelas keturuna dari mengambit tua Naibaho.mereka tahu ia keturunan dari mengambittua hanya dari cerita/keterangan kakak dari orang tua mereka sendiri.jadi tidak pernah d tulis/tersurat sekalipun garis garis besar silsilah biasanya mereka yang tua tua selalu mereka menceritakan kpd anak/cucunya.
Muka nya di hualu sana sampai ada sebutan marga Sitorus Homao karena tidak jelas lagi hubungan nya ke Naibaho/Nababan.sementara di uji silsilah nya terhadap Sitorus pane sendiri tidak cocok.
Cuma sekarang ini sebagian dari keturunan mengambit tua yang dihualu tsb sekalipun sitorus pane KTP NYA.tapi di masyarakat/kumpulan kumpulan marga/social meeka sudah masuk nababan.
Kenapa dongan tubu/semarga kita dulu setelah merdeka mereka marga sitorus pane khusus nya yang di asahan?
Ceritanya begini pada zaman garilla seorang pemimpin yang bernama mayor sidik sitorus dari TNI.beliau akan ingat padan Sitorus tsb dengan marga Naibaho.jadi sewaktu ia berkuasa di sana di daereh hualu tsb ia mengatakan kpd keturunan mengambit Naibaho bahwa antara Si torus dng Naibaho tidak ada pebedaan jadi sitorus lah bikin kalian lah marga mulai sekarang.kebetulan keturunan mengambit di sana tidak begitu jelas masalah padan ini.maka mereka mengikutinya saja ke msuan mayor sidik tadi.mayor sidik tadi membuktikan dari prbuatan dan tingkah laku nya bahwa antara sitorus dng naibaho ini tidak di bedakan ia mengatakan kpd anak buah nya agar jgn ada satu pun yang di ganggu dari mereka memang bisa di maklumi dan masuk akal sehinggah begitulah belarut larut sehinggah lama kelamaan dngnsendirinya naibaho akan hilang dan sitorus lah yang mereka gunakan.
Dan sampai saat ini masih ada dari mereka yang masih ada memakai marga sitorus.sekarang ini mereka sudah banyak sadar bahwa mereka sebetul nya bukan marga sitorus.soal nya apbila mereka bertemu dng sitorus asli apbila di Tanya asal Usul/tarambo/silsilahnya lalu mereka di uji/di ambil silsilah nya ke Naibaho/nababan hitatano.pasti bertemu kakek mereka adalah satu banyak yang mengaku silsilah keturunan mereka beresal dari mengambit tua missal nya di tarik dari ke bawah terus ke atas sampai ketemu pulahat.nah di atas nya pasti bapak nya pamona mengambit tua demikian lah kalau mereka tarik garis keturunan mereka dari bawah terus ke atas,selalu ketemu dng salah satu dari sembilan anknya Pamona Mengambit tua tsb nanti jadi jelas.
Jadi berdasar kan contoh di atas jelas lah bahwa mereka ini adalah keturunan mengambit tua nababan dari Hitatano.contoh tang konkrit maka akan bertemu di pulahat yaiyu anak anak pertama anak mengambit tua nababan sedang kan marga nya di KTP sampai sekarang sitorus memang sulit di robah hal ini kalau menyangkut surat menyurat.
Kita tahu tidak mudah untuk merobah nama atau marga pada kartu identitas kita,jd biarlah yang sudah tertulis itu tetap tapi kalau masyarakat ia bergabung dengan marga nababan bukan sitorus kita yakin lama kelamaan teman kita yang sudah bikn marga nya.
Menjadi Sitorus lambatlaun nanti sadar dan akan berbalik akan kembali ke nababan ini memang proses nya makan waktu yang lama.
Paling tidak anak anak nya nanti ia beri marga nababan.itu tidak sulit dan tidak jadi masalah asal ia sadar dan mau berbuat.sakah satu contoh penulis ini kalau di KTP marga
nya naibaho Nababan tertulis.tapi pergaulan sehari hari misal nya di gereja hanya Nababan lah yang di tulis demikian juga anak anak nya semua cukup dng Nababan tampa Naibaho lagi.demikian juga kalau masih ada di antara kita yang membuat marga Sihombing kalau bisa agar cukup dng Nababan saja.karena Sihombing itu adalah kepunyaan dari silaban Lumbantoruan.Nababan dan Hutasoit bukan hanya milik Nababan saja.
XII.MENGAMBT TUA KAWIN DENGAN BORU HUTAGAOL.
Setelah mengambit tua temteram tinggal ditalak batu maka ia kembali pergi ke kampung kampung lain dengan hadatuan nya/dukun.hampir semua kampung/luat di daerah toba holbung dia singgah sehingga akhir nya ia sampai di kampung uluan.setelah ia sampai di sana kemudian kawin dengan hutagaol sebagai isteri keduanya dia punya empat anak laki laki dari sini.anak pertama sampai ketiga mempunyai keturunan lengkap laki an perempuan sedang yang ke empat tidak punya anak/keturunan sama sekali.
Adapun nama ketiga anak tsb ialah 1.puringkar 2.puttuarus dan 3.parhansing ketiga anak nya ini lah selanjut nya yang mempunyai keturunan di daerah janji habin saran.
Sewaktu mereka pindah ketalak batu sudah ada pamona yang bekeluarga dan sudah dewasa yang anak nya 6 orang tadi.anak nya yang di lahir kan boru tailan tsb ialah:
1.Pulahat 2.Pumanat 3.Punjojor 4.Marsahadat 5.Puramin 6.Puntumording selaian dari puramin maka kelima anak nya itu mempunyai anak Laki/Perempuan sedang kan puramin sendiri hanya mempunyai anak perempuan.
XIII.MENGAMBIT PERGI KEHITETANO UNTUK BUKA PERKAMPUNGAN BARU
Sewaktu mereka tinggal di talak batu maka semua daerah di bagian atas sekeliling talak batu sampai hitetano itu masih hutan belantara belum ada penduduk yang tinggal di kampung tsb jadi masih banyak pepohonan yang buah nya bisa di makan di ketemukan di daerah sana rotan pun banyak terdapat dan gampang di temukan
Ia sering bersama anak nya pergi ke daerah baru itu mencari buah buahan yang tumbuh bagus di sana.rotan pun sering di ambil di sana untuk keranjang dan sebagai tali pengikat rumah.pada suatu ketika mereka pergi jauh ke hutan mencari kayu yang bagus untuk di jadikan bahan bangunan/rumah sangkin jauh nya mereka menginap disana dan maka di sana pula.
Esok hari nya mereka sampai di suatu tempat yang berbentuk pulau di tengah tengah lembah nama nya lobu sampai sekarang pulau tsb masih kelihatan bentuk nya lembah sekeliling dulu sekarang sudah berobah menjadi persawahan penduduk hitetano dan apabila kita pergi ke hitetano dari auh pulau tsb terus nampak jelas.
Sewaktu mereka berada di lobu tsb. Pamona menggarap ladang di sekeliling nya kira kira 1 ra/seperampat ha lalu ia menanam biji jelok/labu di sana.kemudian mereka kembali talak batu.tapi setelah tiga bulan berlansang kemudian mengambit tua kembali mengajak anak nya pergi ke lobu tadi mlihat apakah biji labu tadi tumbuh ataua tidak.
Apa yanga terjadi?Ternyata labu yang di tanam tadi itu sekarang sudah besar dan banyak buah nya hamper semua akar nya di gantungi oleh buah labu yang telah besar.melihat kejadian itu mereka sependapat bahwa di sana itu subur lalu mereka memutus kan akan
Pindah ke daerah ini dari pada numpang di talak batu sekali pun hidup tentram belum ada orang yang tinggal di sana kemudian mereka memperhatikan menyaelidiki kira kira di mana letak nya yang cocok untuk di dirikan rumah/perkampungan nanti.
Tidak begitu lama mereka mendirikan rumah/gabuk di sana untuk masing masing untuk yang sudah berumah tangga didirikan satu dan waktu itu semua anak nya sudah berumah tangga jadi dibentuk lah sedemikian rupe gabuk rumah tersebut sehinggah menyerupai suatu perkampungan mereka sebut kampung itu hitetano dan nama kampung itu mereka ciptakan tempat/gumpalan tanah yang mementeng seperti jembatan menghubung kan dua lembah yang lebi besar ke lembah yang lebih kecil/sempit dan dari sini air tsb bergabung ke sungai besar mengalir jauh hingga ke hualu(sungai kuala).
Jadi seakanakan jembatan menghubung kan dua daerah yang besar dng jurang atau lembah tadi di mna ini tidak jauh dari lobu tadi selanjut nya mereka pun mulai menggarap daerah pegunungan dan hutan itu menjadi perkebunan/sawah darat dan tanaman lain dan lain dari sawah setelah di tebang dan di garap hutan tadi kemudian mereka bkar agar nanti tumbuh alangalan untuk makan sapi/kerbau mereka.
Selanjut nya mereka pun memelihara kerbau/sapi dan babi di sana untuk tambahan pencaharian merekadan ladang dan kira kira ada air nya/becek di bentuk menjadi persawahan lama kelamaan mereka pun beteh tinggal di sana tidak kurang suatu apapun dan tidak ada gangguan.
Tidak ada maksuk untuk pindah lagi ketempat/daerah lain mereka lah yang menguasai kampung tsb dan mrka pula raja di sana tidak ada lagi permusuhan dengan orang lain gubuk yang dulu dirikan sekarang lambat laun di ganti dng permanent yang besar pda suatu waktu krena sudah tua kemudian datu mengambit tua pun meninggal meninggal kan anak nya Ia di kubur di parhombanan/ dekat gereja sekarang di hetetano kerangkanya pun tidak di pindah kan oleh keturunan nya di sana lah ia untuk selama nya kuburan nya di tinggi kan dan di pelihara oleh anak/gomparan nya kebetulan di sekeliling kuburan itu ada persawahan.maka otomatis kuburan itu selalu terpelihara akan kebersihan nya karena sering di rawat.
Itu masuk akal karena apabila missal nya rumput telah tinggi menutupi kuburan tsb maka orang yang mau ke sawah di sekeliling nya pasti melihat hal itu pasti mereka membersihkan rumput rumput yang sudah tinggi atau semak semak.
Jadi tugu kakak kita nama lengkap nya datuk pamona mengambittua naiborngin}telah di dirikan/diresmikan pada taun1977 prsis di atas kuburan asli darin kakek kta tsb demikian juga anak anak nya yang meninggal dulu di kubur di sekeliling bapak pamona.
Masingmasing keturunan nya meninggikan kuburan bapak nya/kakek nya tapi hanya satu lah tugu yang kita diri kan sampai sekarang berdiri.
dengan tegap dan kokoh.yakni tugu Pamona tadi.
XIV.SEBAGIAN KETURUNAN MENGAMBIT PINDAH DARI HITETANO
Memang pada mula nya tanah hitetano sangat subur karena dari bekas hutan.tapi di sekeliling nya pegunuan terbentang dan bergelombang susah menemukan tanah datar kalau pun perkampungan sekarang kelihatan rata.itu hasil jerih payah kakek kita dulu meratakan nya.jangan kan bikin perkampungan untuk persawahan pun kebanyakan dari hasil pekerjaan yang telah di rata kan dengan membuat batas batas nya lama kelamaan
makin banyak lah keturunan mengambittua demikian juga semangkin banyak.lias hutan yang sudah di garap dan di tebang termasukgalang yang makin lama mankin luas.
Demikian akan hal nya kerbau dan sapi pun mankin banyak dan berserakan di pegunungan daerah ini di mana pada waktu dulu binatang peliharaan seperti kerbau atau sapi tidak selalu di masuk kan ke kandang malam hari kadang kadang sampai dengan seminggu baru di ambil dari tempat ia mangkal/cari makanan nya.
Karena tidak ada peraturan nya mengenai hutan pada waktu itu maka mereka sering membakar hutan dan pegunungan ini agar tumbuh alang alang makanan/rumput untuk kerbau dan sapi mereka. Lama kelamaan terjadilah erosi tanah pun rusak dan sering terjadi longsoran tanah/pegunungan tadi mentupi tanah yan datar yang biasa nya di jadi kan sawah.
Karena ini semua maka kalau datang hujan sering sungai di sana cepat sekali besar air nya dan lama kelamaan tanah pun tidak subur lagi untuk di tnam. Apalagi sekara ng ini daerah tsb boleh di katakana termasuk daerah miskin dan gersang karena tunggil/artinya tidak bagus lagi atau sama sekali tidak tumbuh tanaman kalau tidak di beri pupuk.
Pamona mengambit tua mempunyai 10 orang anak laki laki dan di antara nya 8 orang mempunyaim keturuan dengan lengkap kaki serta perempuan satu orang hanya punya anak perempuan dan seseorang lagi tidak mempunyai keturunan apapun.
Dari sana kita tahu bahwa keturunan mengambit tua ini cepat berkembang dan kira kira 4-5 keturuna/generasi seolah olah Hitatano tsb sudah penu buat mereka.untuk itu mereka membuat perkampungan baru tidak jauh dari sana seperti Lumban ramba,Lumban hisik simarbalatuk.padahal kemana pun mereka pindah tetap menumui kesulitan karena sangat terbatas nya tempat yang bisa di jadikan untuk persawahan memang demikianlah situasi lingkungan nya.
Semua lembah sudah di jadi kan perpetaan swah juga lereng-lereng gunung telah di bentuk petak petak sawah namun demikian mereka yang pindah merka ini pindah sekitar generasi 3-4 mereka yang pindah ke sini ialah keturuna dari puntuan dangar dan sebagian dari rumah puranduk.
Sebagian yang pindah kehualu itu adalah dari turunan pulahat punjojor dan Puttumording dan yang pindah kesi baning sebagian dari turunan marsahadat dan sebagian dari pumanat perpindahan ini tidak serentak tapi bertahap tahap sebelum Indonesia merdeka di aras tahun 1950 dan akibat perpindahan ini sekarang banyak sudah kampung yang sudah kosong sama sekali dan sawah pun tidak ada lagi
yang mengerjakan nya,seperti huta lumbanhariara,huta duru,huta tongatonga,huta toruan,lumban motung,simarbalatuk lumban hisik.DLL.
Sekarang penduduk hitetano sendiri tinggal sedikit banyak sudah pindah ke daerah kabupaten simalungun.kabupaten deli dank ke Jakarta dan pulau jawa serta hampir seluruh nusantara
XV.TURUNAN MENGAMBIT TUA KETEMU DENGAN TURUNAN ADIK NYA D.BONA DAN ADIK NYA D.TUMONO.
Sekalipun telah sekian lama telah beberapa generasi turunan mengambit tua berdiam di hitetano tapi belum pernah bertemu dng turunan adik nya yang dua di soborong borong.sampai tahun 1932 yang lalu.
Dan sekalipun sudah begitu lama kejadian yang duli di antara bapak nya pamona dan kedua adik nya yang mengakibat kan mereka bercerai tapi pada umum nya Anak/Keturunan mereka ingat kejadian itu Karena di ceritakan olehorang Tua/Kakek mereka masing masing,dan biasa nya dulu belum ada sekolah waktu itu Cuma raja dan datu lah yang dapat menulis itu pun bukan di buku.tapi di kulit kayu.di bambu.
Jadi karena itu lah maka riwayat Ompu kita mengambit tua sampai keturunan nya itu tidak ada tertulis di buku mana pun dulu sampai beberapa generasi.namun demikian pada umumnya semua turunan nya tahu akan riwayat/silsilah nya sampai ke mengambit tua tsb berkat cerita para kakek dan orang tua nya.
Mereka tahu bahwa mengambit tua itu adalah turunan dari Borsak mangatosi.dan Borsak mengatasi nababan.tapi karena pamona berjanji tidak akan memberi tahu kan kepada keturunan nya.maka mereka tidak memakai marga Nababan tsb mereka memakai naibaho sebab semua turunan yang sekitar Hitetano telah memakai Naibaho.
Padatahun 1932 kebetulan ada dua orang turunan dari datu bonA kearah toba jalan jalan mereka telah menjelajahi banyak kampung di daerah Toba tsb sampai mereka tiba di Hitetano mereka tidak harus terang memberitahu kan maksud kedatangan mereka ke daerah toba dan hitetano tsb.kadang kadang mau di bilang mau mencari kakak /abang mereka kadan mereka bilang mereka adalah saudara kebiasan orang batak.kalau mau berkenalan maka yang pertama marga nya lah yang di Tanya kemudian asal/kampung nya ternyata keduanya memberitahu kan marga nya nababan dan berasal dari sitabo-tabo-Siborong-borong.
Hal ini sangat menarik buat naibaho di HItetano tsb lalu mereka kemudian menyelidiki darim keturunan mana mereka asl nya dan begitu juga naibaho Hitetano pun menceritakan asal usul mereka dari mengambit tua mulai dari keberangkatang nya dari si tabo tabo sehingga akhir nya tinggal di hitetano tsb.
Sehingga dapat di ambil kesimpulan bahwa per Hitetano dengan kedua orang ini adalah bersaudara kandung sama sama keturuna Ompu libi dari sitabo-tabo kemudian mereka pun saling berang kulan kegirangan tidak ada yang merasa curiga lagi dari kedua belah pihak melain kan sudah merasa puasa dan yakin.
XV.ROMBONGAN DATU BONA DAN DATU TUMONA DATANG KE HITETANO THN 1932 :
Kemudian kedua orang turunan datu bona tadi kembali ke siborong-borong mereka menceritakan semua pengalaman dan akhir nya sampai di Hitetano di mana penduduk nya
Adalah saudara sendiri yang telah membuat marga naibaho mereka menceritakan bahwa tidak ada yang mencurigakan atau sangsi lagi akan kebenaran tsb bahwa mereka adalah turunan dari Ompu lobi merka menceritakan bahwa keturunan Pamona banyak di sana/hitetano dan malahan telah berada di daerah asahan dan Hualu serta di berbagai daerah lain di Indonesia ini.
Tapi kalau turunan dari datu bona dan datu Pamona kurang begitu banyak bila di banding kan dengan turunan Pamona demikian juga bukan hanya turunan yang kurang banyak demikian juga baik di bidang arta/harta benda atau keberadan nya lebih banyak mereka keluarga m iskin dari pada yang kaya.
Boleh di bilang turunan kedua Ompu lobi ini lah yang paling sedikit dan yang paling miskin bila di banding kan dengan borsak mengatasi lain nya sampai sekarang.sebetul nya Pamona sendiri boleh di bilang termasuk keluarga miskin dan ketinggalan.tapi itu di sebab kan karena tanah di Hitetano sendiri sudah tandus dan tidak subur lagi tapi kalau di banding kan dng kedua adik nya tsb masih lebih baik /kaya keturunan Pamona tsb.
Menurut berita sebetul nya mreka berdua/maksud nya keturunan adik nya Pamona ini telah lama mencari turunan dari Pamona ini.mereka curiga apakah Pamona punya keturunan/tidak dan kalau punya di mana di mana kampung dan tempat tinggal nya.
Mereka bermaksud mencarinya dng tujuan meraka mau mengucap kan penyesalan Ompu lobi/kakek mereka dulu mereka mau mintak maaf kepada ketrunan Pamona abang dari ompu mereka tsb.mudah mudahan tuhan mengampuni kesalah Ompu dari mereka dulu agar kepada mereka atau keturunan datu bona dan datu tumona ini di beri kekayaan dan keturunan yang lengkap serta kebahagian seperti saudara keturunan borsak mengatasi lain nya.setelah mendengar berita atau keterangan dari kedua orang yang sudah kembali dari Hitetano tadi kemudian mereka turunan datu bona dan datu tumona segera mengadakan rapat atau pertemuan.sebagai hasil dari pertemuan tsb di putus kan lah agar turunan dari kedua Ompu ini.berangkat ke hitetano menjenguk turunan abang atau pamona untuk mintak pasu pasu atau berkat dan mintak maaf atau kesalahan ompu atau kakek mereka terhadap pamona dulu.yakin datu bona dan datu tumona beserta ayah nya menghiaanat atau tidak janji atau padan dulu sewaktu mereka ketahuan menculik anak kecil yang di jadi kan jadi pengulubalang pada waktu itu..
Kemudian rombongan mana pun berangkat dari siborong-borong keHitetano dengan agung sebangun/kesenian khas batak.rombongan membawa makanan daging kerbau.
bayang kan begitu jauh perjalanan rombongan ini dari siborong-borong dan begitu meriah pula pesta penyambutan yang di adakan di Hitetano mereka membawa kerbau hidup dari siborong-borong dan setelah sampai di Hitetano baru di sembelih pada waktu pesta tsb.
Maka pesta pun sangat meriah kelihatan mereka semua dalam keadaan rukun dan damai tidak ada lagi yang menuntut kesalahan/kesilapan para Ompung kita yang dulu. Terlebih lebih bahwa mereka sudah masuk agama Kristen pada waktu itu.jadi lebih mengutamakan kasih /perdamaian dari pada mengingat ingat kesalahan pada Nenek moyang kita dulu.ada prinsip itu kan antara mereka dan ini antar kita jadilah kita bawa kesalahan nenek moyang kita kepada keturunan kita lagi sesuai dengan ajaran agama yang di anut lain dengan perselisihan Marga simanjuntak.sampai saat ini konon masih di ingat.sebaliknya turunan dari kedua ompu tadi meminta agar Hitetano/Turunan Pamona bersedia datang ke Siborong- borong/si tabo-tabo berkunung atau mengunjungi adikadik nya di sana.pada waktu itu penyambutan dari turunan adik ini sangat baik dan meriah angusabangunan/kesenian batak juga di adakan kita sambut dengan meriah dan akrab sekali.
Sekali pun sudah jelas silsilah dari kedua belah pihak bahwa mereka ternyata adalah satu keturunan satu kakek yakni Ompu lobi NABABAN namun soal marga Naibaho tidak di personal kan waktu itu kita tidak di tuntut mereka harus ganti marga menjadi NABABAN yang penting waktu itu bahwa yang selama ini di cari sudah ketemu,itu lah sasaran utama jadi sampai tahun 1955 kita masih Naibaho.
XVI.TURUNAN MENGAMBIT TUA MENJADI MARGA NABABAN :
Setelah di Indonesia merdeka.maka makin terasalah kemajuan di daerah termasuk tanah batak.oleh karena orang batak ini punya marga.maka sering kedengaran atau kelihatan satu marga misl nya yang menonjol di banding kan dengan marga lain.misal marga tobing sudah lebih maju di banding kan dengan marga pasaribu(ini hanya sebagai contoh)demikian dengan Lumbantoruan lebih maju dengan NABABAN.baik di bidang pendidikan,harta,kemajuan,dan turunan serta yang lain lain.
Oleh karena merasa NABABAN jauh ketinggalan dengan marga lain,maka dgn marga orang tua dulu berpikir dan merenung kan apakah sebab nya demikian terhadap marga kami? Teruta turunan datu bona dan datu Tumona tadi sangat ketinggalan dan turun nya sedikit sekali walahan dari turunan dari Ompu yang lain.dari turunan Borsak mengatasi juga ada yang demikian. Banyak yang missal nya yang sudah menammatkan pendidikan nya dari sekolah terutama dari perguruan tinggi tapi tidak lama ia meninggal mendadak/mate silpok.
Dengan demikian para orang tua dulu berumbuk dihubunghubung kan lah perbuatan Ompu/Kakek kita dulu banyak kesalahan yang berakibat ke turunan nya/dosa manginsombut.
Ini di sebab kan banyak di antara ompu kita dulu yang menjadi datu. Punya pengulubalang dan lain lain berupa mistik.jadi mungkin karena perbuatan mereka dulu banyak yang jahat dan bermusuhan. Sehinggah tidak bisa mencapai pangkat yang lebih tinggi dan kehormatan lain di banding kan dengan marga lain.
Bersumber dengan pikiran ini maka timbul lah niat untuk mengadakan pertemuan/ucapan syukur/dosa syukur di bonapasongit/siborong-borong antara seluruh keluarga/turunan marga NABABAN diseluruh nusantara ini.supaya di dalam acara doa syukur tsb nanti semua meminta kepada tuhan yang maha esa agar dosa dosa kita di ampuni begitu juga dari ompu kita di ampuni begitu pula dosa dari ompu kita yang dulu. Mudah mudaha tuhan mengampuni kita marga NABABAN dan di beri harta.kebahagiaan pangkat tinggi dll seperti kepada orang lain dari marga yang lain .
Maka pada tanggal 13 oktober 1955 jadilah di adakan doa syukur tsb.diundang semua turunan marga NABABAN dari seluruh penjuru tanah air ini/paling tidak ada yang mewakili tiap tiap kampung nya masing masing.sehingga banyak yang datang dan mereka benar satu di dalam doa kepada tuhan.
Dan situ lah diikrarkan agar supaya semua turunan NABABAN bersatu.selanjut nya kepada turunan Pamona dianjurkan memakai marga NABABAN jangan lagi Naibaho agar sama seluruh keturunan borsak mengatasi bemarga NABABAN di mana pun berada.
Turuna mengambit tua mau mengikuti/menerima tawaran/anjuran tsb sehingga sejak itu resmilah kita dari Hitetano maupun naibaho yang sudah pindah dari Hitetano memakai marga NABABAN tidak lagi Naibaho. Jadi ini sangat menguntung kan karena sebetul nya marga Naibaho yang benar benar Naibaho ada juga yakni turunan Sirajaolan dari Samosir dan di antara kita dengan mereka sama sekali tidak ada hubungan apapun.di mna sebelum nya sering bila seorang Naibaho bertemu denagan sirajaolan.pada mula nya intim tapi setelah ketahuan Tarombong nya lain maka selanjut nya pasti akan berkurang intim nya itu memang sudah logis dan pantas.
Sejak 13 Oktober 1955 ini lah seluruh keturunan pamona mengambit tua resmi menjadi marga NABABAN selalu mengadakan pertemuan/berkumpul untuk bersama sama berdoa kepada tuhan demi kesejahteraan dan kebahagiaan terutama persatuan nababan di mana pun ia berada demikian lah untuk seterus nya sampai saat ini tanggal tsb tetap kita peringati.
Makin terasalah bagi kita marga NABABAN setelah 1955 tsb. Sekalipun belum bisa di sama kan dengan marga lain tapi kita sudah mulai bisa mengikuti mereka.dan kira nya tuhan selalu menyertai dan menerima permintaan kita demi rukun dan kebaikan bersama.
Sumber :    Drs. P. NABABAN, M.SI
("Menurut saya, ini sejarah asli Nababan ke Hitetano".
Kalau ada yang mau komen, kasih versi lainnya, atau mau edit tulisan ini, kirim ke jimmi@hitetano.com - Mauliate ma di naung manurat on. )

Barus 1000 tahu yang lalu

PELETAKAN BATU PERTAMA PEMBANGUNAN TUGU RAJA TOGA LAUT PARDEDE DI LUMBAN JABI-JABI - BALIGE

Setelah terbentuknya panitia pembangunan Tugu Raja Toga Laut Pardede di Jakarta oleh beberapa keturunan Raja toga Laut Pardede yang berdomisili di jakarta sekitarnya (sejabodetabek)
maka diputuskanlah agar semua keturunan Raja Toga Laut Pardede ikut serta dalam Napak tilas show force keliling kota Balige pada tanggal 18 Agustus 2007, dengan rute dimulai Losmen Toga Laut Tawar, Tugu Naga Baling, Makam Raja Bona Ni Onan Pardede & Raja Paindoan Pardede dan ber akhir di Lumban Jabi-jabi / Tugu Raja Toga Laut Pardede, yang kemudian dengan kata-kata sambutan, oleh Tokoh-tokoh Sonak malela dll.