Sabtu, 27 Desember 2008
RAJA BONA NI ONAN HINGGA RAJA TOGA LAUT PARDEDE
Sudah cukup banyak yang membuat Tarombo, Baik TArombo secara keseluruhan, maupun Tarombo kelompok marga tertentu. Semuanya layaknya kita hargai atas upaya-upaya tersebut, karena sangat bermanfaat bagi generasi muda dan juga menambah kecintaan kita akan budaya batak. Bertarombo bagi orang batak adalah awal bercerita atau berkisah (sejarah) kepada anak cucunya, siapa mereka dan siapa leluhur mereka, dengan demikian prinsip-prinsip Dalihan Natolu lebih mudah dijelaskan kepada anak cucunya.
Karena saya adalah keturunan Raja Bonan Ni Onan Pardede, maka saya mencoba menutur apa yang saya ketahui tentang tarombo Raja Bonan nionan Pardede melalui keterangan Opung saya Lobe Tinggi Pardede dari Parapat dan Bapak saya sendiri Aman Toga Pardede yang berdomisili di Balige dan berdasarkan tulisan - tulisan yang ahli dibidangnya seperti Mangaraja Asal Siahaan dengan Buku tarombonya "Tarombo Raja Sibagot Ni Pohan".
Meskipun demikian Saya sangat mengharapan masukan tentang Tarombo "Raja Bona Ni Onan" ini, demi mengurangi kelemahan-kelemahan yang terdapat didalam susunan saya ini.- Mauliate - Horas !
PETUAH DARI SI BAGOT NI POHAN BAGI KETURUNANNYA.
Sebelum kita mulai merenungi dan menghayati isi tarombo ini, alangkah baiknya kalau kita mengetahui asal usul marga Pardede, yang akan dimulai dari Omputa Si Bagot Ni Pohan, yang menurut kisahnya bermukim/marharajaon di Lumban Gorat Balige.
SiBAgot Ni Pohan adalah anak pertama dari Tuan Sorba Dibanua dari ibu boru Pasaribu (Nai anting malela). Si BAgot Ni Pohan kawin dengan boru PAsaribu dari Tarabunga dan mempunyai anak 4 (empat) orang yaitu:
1- Tuan Sihubil.
2- Tuan Somanimbil.
3- Tuan Dibangarna,
4- Raja Sonakmalela.
Sibagotni Pohan cukup dikenal akan kebijaksanaannya, kare pintar menyenangkan orang serta luas pengetahuannya. Anak-anaknya dididik dengan baik dan diajarkan dengan berbagai-bagai pengetahuan baik mengenai kepemimpinan, ilmu tentang perbintangan, dan yang sangat ditekankan kepada anak-anaknya agar selalu berbuat baik dan menjauhkan segala kejahatan. Setelah anak-anaknya beranjak dewasa kelakuan anak-anaknya tersebut menjadi bahan pembicaraan dan di senangi setiap orang melihatnya.
Menjelang ajal Si Bangot Ni Pohan memberi wejangan-wejangan yang sangat berarti bagi keturunannya. Adapun wejangan atau petuah-petuah tersebut sbb: "Saya sudah tua, apabila saya meninggal, kalian berempat anak-anakku harus selalu mengingat semua apa-apa yang saya ajarkan pada kalian dan yang sangat penting adalah:
1- Kalian harus baik-baik dan saling menyayangi dan mencintai juga saling mengalah dan mengingatkan, kalian harus jauhkan perselisihan dan cintailah perdamaian "ai metmet bulung baja, memet do bulung ni banebane.Ndang adong laba ni namarbada, alai lehetan do na mardamedame".
2- Kalian harus satu hati dan selalu kalian musyawarah dalam setiap ada pekerjaan kalian, agar tercapai tujuan kalian. "Aek godang do aeklaut, dos ni roha do sibahen nasaut."
3- Kalian tidak boleh meninggalkan adat serta hukum yang berlaku pada adat batak, dalam rangka menghadapi dongan tubu, hulahula, boru serta ale-ale. "Asa unang lupa horbo sian bara na, sai unang ma peut ulos sian sangkotanna.". Harus selalu lurus dilaksanakan hukum (uhum), dan sama kesemua orang.
4- Harus sopan santun kalian menghadapi semua orang, "Pantun do hangoluan, tois do hamagoan", Tidak boleh kalian menghina, dan sinis kepada orang yang miskin dan orang didalam kesusahan, tetapi kalian harus menyayangi dan mengasihi mereka.
5- KAlian harus menghormati orang tua dan didengar kata-katanya."Ai tahuak manuk di taonbara ni ruma, halak na pasangap natuatua, i do na martua."
Salah satu keturunan Si Bagot Ni Pohan melalui jalur anak bungsunya (Raja Sonakmalela, yaitu Raja Bona NI Onan dirajakan sebagai anak dari Raja Sonakmalela, (Napitupulu anak bungsu dari Raja Sonakmalela), Memang ada beberapa versi tentang status Pardede(Raja Bona Ni Onan). Ada yang mengatakan sebagai cucu dari Napitupulu dan ada juga yang mengatakan sebagai anak bungsu dari Napitupulu. Namun hal itu tidak pernah lagi dipermasalahkan, yang Pasti "Raja Bona Ni Onan" adalah keturunan Si Bagot NI Pohan dari anaknya Raja Sonak malela.- TH.P
Jumat, 19 Desember 2008
SEJARAH TUGU RAJA TOGA LAUT PARDEDE
SEJARAH PEMBANGUNAN TUGU RAJA TOGA LAUT PARDEDE
(Th.Pardede)
Lumban Jabi-jabi adalah sebuah perkampungan yang dihuni/ditempati oleh keturunan Raja Sonakmalela terbungsu,bungsu dari Raja Sonakmalela dan bungsu dari Raja Bona ni onan Pardede, dan bungsu dari Raja Paindoan yaitu Raja Toga Laut Pardede dengan keturunannya. Dan sejak dahulu Lumban Jabi-jabi adalah tempat pertemuan Raja-raja batak setiap hari Jumat (hingga sekarang hari pekan/ pasar di Balige Raja adalah hari Jumat . (DR. L.Manik)
Lumban Jabi-jabi berlokasi dipusat kota Balige, dan di Lumban ini ada sebuah sumber mata air yang sangat jernih (mual Jabi-jabi), menurut ceritanya, semua raja-raja batak dahulu termasuk Sisinga mangaraja ke XI pernah maranggir dimual ini.
Perpindahan keturunan Raja Toga Laut dari Lumban jabi-jabi, ke Hauma bange, sangat berkaitan dengan perlawanan opung Guru somalaing Pardede dengan saudara-saudaranya terhadap Belanda dan juga oleh karena Lumban Jabi-jabi smenjadi pusat kegiatan pejuang-pejuang Batak yang dipelopori Guru Somalaing Pardede, dan Lumban Jabi-jabi juga disebut “Balobung” karena pejuang-pejuang penentang Belanda yang menjadi buron selalu mencari perlindungan ke Lumban Jabi-jabi.
Oleh karenanya segala cara diupayakan oleh Belanda untuk mematahkan perjuangan beliau yang sangat gigih, karena Opung Guru Somalaing mengadakan perlawanan terhadap belanda bukan saja dengan fisik tetapi juga dengan kekuatan spiritual (menggalang keyakinan asli orang-orang Batak melalui Parmalim), Kekuatan Spritual inilah membuat Belanda kewalahan, maka sangat perlu bagi Belanda segera melumpuhkan kekuatan Guru Somalaing Pardede dahulu, Guru Somalaing tidak surut mengadakan perlawanan meskipun Lumban Jabi-jabi telah dikuasai Belanda , beliau terus melanjutkan perlawan hingga ke Parsoburan, pada tahun 1896 terjadi pertempuran disana selama sebelas hari . Belanda bertekad menangkap Guru Somalaing Pardede hidup-hidup yang kemudian akhirnya tertangkap dan pada tanggal 15 maret 1896 yang kemudian Beliau diasingkan ke pulau Jawa melalui pelabuhan Sibolga (DR.L.Manik)
Setelah tertangkapnya Guru Somalaing Pardede maka akhirnya keturunan Raja Toga Laut mencari perlindungan atau pengungsian termasuk ke Lumban Haumabange, yang akhirnya Belanda mensyahkan sebagai perkampungan dari keturunan Raja toga Laut yang kebetulan lumban tersebut masih bagian wilayah dari Paindoan. ( Dokumen Belanda).
Dilumban ini juga dimakam kan Raja Toga laut dan anak-anaknya dan omp. Panaluksuk dan lainnya. Setelah Belanda menguasai Lumban Jabi-jabi, maka lokasi pemakaman tersebut tidak terawat lagi menjadi semak penuh dengan tanaman sipaet-paet.
Pada tahun 1953 dibangunlah Tugu Raja Toga Laut dimana dulunya Opung Raja Toga Laut dimakamkan.
Pada Tahun 1956 Beberapa Orang Tua dari Pardede bermufakat dan sepakat untuk merenovasi Tugu Raja Toga Laut Pardede.dengan biaya ± Rp. 1.570.000,-
Kembali keturunan Raja Toga laut mendapat cobaan sehubungan status tanah Lumban jabi-jabi Pemda Taput pada saat itu dipimpin Bupati SM. Simanjuntak, seorang putra Batak, mengclaim tanah Lumban jabi-jabi adalah milik pemerintah dengan alasan pengalihan kekuasaan dari Belanda tanpa mempertimbangkan sejarah, kenapa Belanda Menguasai Lumban tersebut, juga SM. Simanjuntak sebagai putra Batak tidak meng-hormati hukum adat dan Budaya Batak, pembongkaran Tugu sangat tidak diperbolehkan aleh hukum adaat Batak, dan penghinaan terhadap keturunannya.
Pada Tanggal 5 Januari 1962 sekitar pukul 8.00 pagi dilaksanakan pembongkaran, semula hanya dengan pecok, martil dan linggis tetapi upaya tersebut tidak berhasil maka dipergunakan alat peledak (dinamit), pembongkaran tugu terbut berlangsung selama 8 (delapan) hari. Meskipun hasilnya tidak seperti diharapkan Bupati, pembangunan Lapangan Tennis terus dilakukan sedangkan puing-puing dibiarkan menumpuk disekitarnya.
Perlu diketahui niat Pemerintah untuk pembongkaran Tugu tersebut, mendapat perlawanan dari semua keturunan Raja Toga Laut dengan berbagai bentuk perlawanan, hal ini dilakukan mereka sesuai dengan pertimbangan situasi pada saat itu (Pemberontakan PPRI), dan pada saat itu daerah Taput dikuasai Pasukan Siliwangi dan pasukan Bukit Barisan, situasi saat itu sangat rawan.mengadakan perlawanan berarti pemberontak, menolak kebijakan pemerintak
Karena hal tersebut diatas belum pernah terjadi ditanah Batak, dan keturunan Raja Toga Laut tidak berdaya melakukan perlawanan terhadap pemerintah yang diatas namakan oleh Bupat Taput SM.Simanjuntak, maka semua keturunan Raja Sonakmalela ikut prihatin melihat penekanan, penghinaan terhadap adik siapudan mereka oleh pemerintah (sejak pemerintahan Belanda samapai pemerintah Republik Indonesia), dengan kata lain “Lungun ni angina lungunni haha na doi, jala lungun ni haha na lungunni angina doi.”, yang artinya “ Kesusahan adiknya juga kesusahan abangnya, dan kesusahan abangnya juga kesusahan adiknya.” Dengan demkian pada
Pada tanggal 12 Januari 1962, atas nama Keturunan Raja Sonakmalela juga mengadakan tuntutan kepada pemerintah sebagai saport kepada anggi doli mereka keturunan Raja Toga Laut Pardede yang terus melakukan penuntutan hak.Mereka saling mendukung untuk mendapatkan hakmilik mereka, yang akhirnya berbuah hasil, dengan keluarnya surat dari Panglima Kodam II Bukit Barisan, Nomor: PP/K-007/62 tertanggal 24 Maret 1962 yang menyatakan “bersedia membangun kembali Tambak/Tugu Toga Laut Pardede.
Lobe tinggi Pardede terus mengadakan kontak dengan Panglima Kodam II Bukit Barisan yang kebetulan saat itu adalah Kolonel A.Manaf Lubis, karena beliau ragu kalau surat Panglima tersebut tidak direalisasikan segera, maka kemudian disusul dengan surat kedua dari Panglima Kodam II Bukit Barisan, Nomor Pedarmilda/sp-007/3/1963, bertanggal 27 Maret 1963 yang isinya menyatakan kesedian membangun Tambak/ Tugu Toga Laut Pardede, yang ditanda tangani oleh Kolonel A.Manaf Lubis Nrp:12186, Apa yang dikhawatirkan oleh Keturunan Raja Toga Laut Pardede menjadi kenyataan, pem-bangunan kembali Tambak/Tugu tidak juga terwujud dengan alas an pemerintah akibat situasi Politik dan Ekonomi yang tidak kondusif.
Pada tanggal 17 Agustus 1969 Pihak Kodam II Bukit Barisan datang menemui A.Pardede sebagai Ketua Panitia Pembangunan kembali Tugu Raja Toga Laut Pardede, untuk menyerahkan surat yang berhubungan dengan pembangunan Tugu Raja Toga Laut. Namun pada saat itu pada waktu yang sama A. Pardede meninggal dan disemayamkan dikediamannya Losmen Toga Laut Tawar Balige sedang dikelilingi sanak keluarga, melihat situasi berkabung tersebut maka utusan Kodam II mengurung niat mereka,
Pada Tanggal 10 April 1974 utusan keturunan Raja Toga Laut yaitu H.Pardede dan S.Pardede kembali menemui Panglima Kodam II Bukit Barisan di Medan, hasilnya dikeluarkan pihak Kodam II surat ber Nomor K229/1974 tanggal 11 April 1974 yang isinya menyetujui pengembalian /Pembangunan Tambak/Tugu Raja Toga Laut Pardede sebagaimana semula atau sesuai ditempat yang pantas .
Rencana itupun tidak juga dapat direalisasikan karena beberapa factor, terutama kondisi kedua tokoh yang di percayakan untuk mengurus, keduanya orang-orang sibuk, karena kesibukan mereka maka tahun 1980, H.Pardede dan S.Pardede mempercayakan pengurusan tersebut kepada Opung Podang Pardede yang kebetulan beliau dikenal dikalangan pemerintahan sebagai tokoh Spritual Batak, dengan imbalan satu kaleng eme dari setiap anggota keturunan Raja Toga Laut Pardede. Tugas itupun tidak dapat diwujudkan sampai beliau meninggal di Medan.
Pada tahun 2007 terbentuk panitia persiapan atau panitia pengantar Pembangunan Raja Toga Laut Pardede di Jakarta di kantor B.Pardede di Pisangan baru dengan susunan pengurus sbb :
Ketua : J.Pardede
Ketua I: B.Pardede
Ketua II: T.H.Pardede
Ketua III: R.Pardede
Seketaris I : S.Pardede
Seketaris II: A.M.Pardede
BendaharaI; T. Pardede
Bendahara II: Ny. A.Pardede
Penasehat I: T.Pardede
Penasehat II: E.Pardede
Penasehat III: O.Pardede
Kemudian sebagai tindak nyata maka Panitia dengan beberapa keturunan Raja Toga Laut Pardede berangkat ke Bonapasogit show force atau dengan kata lain membuat ikrar bersama dan tekad untuk membangun Tambak/ Tugu Raja Toga Laut lebih dahaulu tanpa mengandalkan bantuan dari Kodam atau Pemerintah, yang akhirnya Panitia akan berusaha mengadakan tuntutan atau melanjutkan tuntutan kembali kepada Pemerintah.
Mari kita berdoa agar Tuhan Selalu membantu cita-cita kita yang luhur ini, dan saya sebagai penyimpul sejarah Tugu Raja Toga Laut Pardede, yang berdasarkan cerita/ Sumber:
1. Haji Abdul Halim Pardede (alias Lobe Tinggi Pardede),
2. A,Pardede (amanToga Pardede),
3. Opung Sittua Rudolf Pardede,
4. Ito Ny. Tampubolon ,
5. Opung pai 5(Omp. SiBosar),
6. Bapa Uda I.Pardede (omp si Luhut), dan
7. Bapa uda T.Pardede
8. DR. L Manik.(berdasarkan penelitian beliau di Museum Leiden sehubungan dengan rencana beliau membuat Buku Sejarah Guru Somalaing Aji Pardede)
Terima kasih – Horas.
Rabu, 17 Desember 2008
Bahasa Batak Toba -3
Bahasa Batak Toba - 3
Perbedaan lafal (ucapan):
Perbedaan itu berada pada bahasa, ,lafal diales Silindung dan Sibolga halus dan lembut, Lafal diales Humbang agak halus, Lafal diales Toba dan Samosir agak keras.
Perbedaan Semantis (menurut ilmu arti kata):
Kata ”Lae” /ipar dipergunakan pada dialek Silindung,Toba,Samo”n.dang koso”sir,dan Sibolga, sedangkan pada dialek Humbang kata Lae berarti saudara perempuan ayah.
Untuk panggilan pada anak saudara laki-laki ibu pada dialek Toba dan Samosir disebut ”Opung”, sedangkan di Humbang, Silindung dan Sibolga untuk anak saudara laki-laki ibu dipakai kata ”Tunggane”.Disamping itu kata tunggane dipakai juga untuk mengatakan saudara laki-laki istri.
Untuk mengatak ” belum lagi” pada dialek Toba, Silindungdan Sibolga dipergunakan kata ”ndang do pe”, pada dialek Humbang dipergunakan kata ”ndang kede”, dan pada dialek Samosir dipergunakan kata ”ndang poso” atau ” ndang koso”.
Kata ”Puang” panggilan kepada orang kedua yang menunjukkan hubungan akrab, dipergunakan pada dialek Silindung,Sibolga dan Humbang, sedangkan pada dialek Toba dipergunakan kata ”kedan” dan puan. Pada dialek Samosir kata kedua ini dianggap kasar, hanya dipergunakan kepada orang kedua yang statusnya jauh lebih rendah daripada kita..
Watas Isoglos diantara dialek-dialek Bahasa Batak Toba:
Seperti sudah dijelaskan diatas bahwa Isoglos( kesamaan dialek), garis watasvkata hádala garis yang memisahkan setiapgejala bahasa dari dua lingkungan kata atau bahasa berdasarkan wujud atau sistem kedua lingkungan itu yang berbeda, yang dinyatakan pada peta bahasa. Garis watas kata itu Madang-kadang juga disebut heteroglos. Oleh karena itu untuk memperoleh gambaran yang benar mengenai batas-batas dialek, harus dibuat watas kata yang menerangkum segala segi kebahasan dari hal-hal yang diperkirakan akan memberikan hasil yang memuaskan.
Dari garis watas kataitu akan terlihat bahtidakakan adasatupun diantara anasir yang memberikan garis yang benar-benar sama sehingga akan selalu terdapat beberapa perbedaan.,Walaupundemikian pada garis besarnya akan terlihat adanya suatu irama atau gerak garis itu yang sama sehingga dapat diperkirakan dimana batas-batas dialek yang dimaksud itu. Dalam bahasa Toba watas kata diantara dialek-dialek itu dapat dilihat pada peta berikut ini.”
Kesimpulan :
1- Bahasa Batak Toba termasuk bahasa tertua di Indonesia
2- Bahasa Batak Toba hádala bahasa yang paling banyak pendukungnya dan luas daerahnya.
3- Bahasa Batak baik Toba maupun batak lanilla memiliki akasara.
Habis. Th.Pardede
Rabu, 10 Desember 2008
Bahasa Batak Toba - 2
DIALEK:
Yang dimaksu dengan dialek adalah ditandai dengan ciri-ciri khas dalam tata bunyi, kata-kata, ungkapan-ungkapan dan lain-lain. Bahasa adalah rangkaian tutur kata , mangandung makna yang dapat dipahami oleh penuturnya, sedangkan dialek merupakan varian suatu bahasa. Dialek dalam fungsinya ditengah masyarakat merupakan bahasa setempat, dialek yang merupakan bahasa setempat itu bersifat turun temurun. Dialek ini terjadi karena adanya isolasi alami dalam jangka waktu yang lama.
Dialek Bahasa Batak Toba dapat dibagi 5 dialek yaitu :
1-Dialek Silindung. Yang dipergunakan diwilayah : Kecamatan Tarutung, Sipoholon ,Pahae Julu,Pahae JAe, Sipahutar, Pangaribuan dan GAroga. Sedang di Adiankoting dipergunakan dialek Sibolga.
2-Dialek Humbang. Dipergunakan oleh wilayah Siborong-borong, Dolok sanggul, Lintong ni huta, Muara, Parmonangan, dan Onan Ganjang.Sedangkan di Parlilitan dan Pakkat sebagian mempergunakan bahasa pakpak dairi dan sebagian lagi mempergunakan dialek humbang.
3-Dialek Toba. dipergunakan diwilayah Toba: Balige, Laguboti, Porsea, Lumbanjulu, Silaen, dan Parsoburan.
4-Dialek Samosir. dipergunakan di wilayah Samosir yaitu: Palipi, Pangururan, Onan Runggu, Simanindo, dan Harian.
5-dan Dialek Sibolga. Dipergunakan di Sibolga dan sebagian wilayah Silindung.
Perbedaan-Perbedaan dialek tersebut dapat di bagi 3 yaitu :
1- Perbedaan Fonologis, sebagai contoh:Kata"amang,Among,Apang"=Ayah.)
amang (dialek Silindung, dan Humbang), Among (dialek Toba, dan Samosir), Apang dialek Sibolga).
"Inang,Inong" = Ibu.
Inang (dialek Silindung,Humbang,Sibolga), Inong (dialek Toba, dan Samosir).
"Tu, Hu"= Ke. Tu (dialek Silindung, Humbang, Toba, dan Sibolga). Hu (dialek Samosir.
Pada dialek humbang konsonan /r/sebagai apiko alveolar diucapkan menjadi [R] velar. Jadi konsonan /r/ itu lebih dekat kepada /g/ dan /h/, yaitu dibentuk pada rongga tekak misalnya (disaRat-saRat? uRsa ReRe tu RuRa, dari contoh itu tampak bahwa perbedaan fonologis itu dapat terjadi, baik pada vokal maupun konsonan.
(bersambung.......3)
Sabtu, 06 Desember 2008
Kehancuran suatu peradaban dunia oleh kepongahan manusia !
Hulagu Khan, Si-barbar Penghancur Baghdad
Hulagu Khan (1217 - 8 Februari 1265 M) adalah cucu dari 'penyerbu besar' dari padang rumput di Asia Tengah, Mongolia: Jengis Khan. Hulagu adalah anak dari Tulai dan Sorghaghtani Beki seorang wanita Nasrani. Dia mempunyai tiga saudara Arik Boke, Mongke, dan Kublai Khan. Hulagu adalah 'Khan' pertama yang menaklukan banyak negara di Asia Barat atau Timur Tengah.
Sedangkan Baghdad adalah kota yang 'lahir' kembali pada 762 Masehi di bawah dinasti Daulat Abbasiyah I (750-1258). Sebelumnya adalah pusat peradaban bangsa Babilonia yang terkenal dengan peninggalan legendaris taman gantungnya. Kota ini berada di wilayah subur karena dibelah oleh sungai Eufrat. Saat itu adalah kota termegah dan pusat peradaban. Khalifah pertamanya adalah Abu Ja'far atau lebih dikenal dengan sebutan Al-Mansyur (754-775 M). Dialah yang membangun Baghdad dengan mendatangkan para tukang yang ahli, juru pahat, dan pelukis untuk membangunnya. Hasilnya, selain sebagai pusat peradaban, Baghdad juga menjadi pusat ilmu dan kesenian.
Salah satu dari beberapa faktor yang sangat mempengaruhi Hulagu sangat bernafsu menaklukkan wilayah muslim dan kejam setiap kali dia berhasil menguasainya adalah faktor pengaruh ibunya bernama Beqi, istri dan sahabat dekatnya, Kitbuqa. Mereka adalah penganut Kristen fanatik yang memendam kebencian mendalam terhadap orang muslim.
Selain itu, juga karena peran para penasehatnya yang banyak berasal dari Persia. Mereka selama ini selalu berharap dapat membalas dendam atas kekalahan mereka satu abad sebelumnya ketika Persia ditaklukan oleh pasukan muslim pada masa Khalifah Umar bin Khattab.
Pada tanggal 29 Januari 1258, kota Baghdad mulai dikepung pasukan Mongol di bawah pimpinan jendral China, Guo Khan. Sepekan kemudian, yakni pada tanggal 5 Pebruari, benteng di sekitar Baghdad dikuasainya. Khalifah kemudian berusaha bernegosiasi dengan Hulagu tetapi ditolaknya. Akhirnya pada tanggal 10 Februari, Baghdad resmi menyerah.
Pasukan Mongol mulai memasuki kota pada tanggal 13 Februari. Tak ayal lagi kebiadaan segera meledak. Pembantaian, penjarahan, pemerkosaan dan pembakaran terjadi di mana-mana. Bala tentara Mongol itu menjarah dan menghancurkan masjid, perpustakaan, istana, rumah sakit, dan juga banyak bangunan bersejarah. Perpustakaan di kota Baghdad pun dihancurkan.
Khalifah Al-Mus'tasim ditangkap dan disuruh melihat rakyatnya yang sedang disembelih di jalan-jalan dan hartanya yang dirampas. Kemudian setelah itu khalifah dibunuh dengan cara dibungkus dengan permadani dan diinjak-injak dengan kuda sampai mati. Semua anaknya dibunuh kecuali satu yang masih kecil dijadikan budak dan dibawa ke Mongol.
Hulagu Khan meninggal pada tahun 1265 dan dimakamkan di Pulau Kaboudi yang terletak di dalam Danau Urmia. Dia digantikan oleh anaknya, Abaqa.
Namun, masa panen pemikiran Islam mulai redup seiring dengan jatuhnya Baghdad dari serangan pasukan babar dari padang rumput Mongolia yang dipimpin cucu Jengis Khan, Hulagu. Pada tanggal 29 Januari 1258, kota Baghdad mulai dikepung pasukan Mongol di bawah pimpinan Jendral China, Guo Khan. Sepekan kemudian, yakni pada tanggal 5 Pebruari, benteng di sekitar Baghdad dikuasainya. Khalifah kemudian berusaha bernegosiasi dengan Hulagu tetapi ditolaknya. Akhirnya pada tanggal 10 Februari, Baghdad resmi menyerah.
Pasukan Mongol mulai memasuki kota pada tanggal 13 Februari. Tak ayal lagi kebiadaan segera meledak. Pembantaian, penjarahan, pemerkosaan dan pembakaran terjadi di mana-mana. Bala tentara Mongol itu menjarah dan menghancurkan masjid, perpustakaan, istana, rumah sakit, dan juga banyak bangunan bersejarah. Perpustakaan di kota Baghdad pun dihancurkan. Ribuan koleksi buku dibuang ke Sungai Tigris hingga warna air sungai itu berubah seperti warna tinta.
Khalifah Al-Mus'tasim ditangkap dan disuruh melihat rakyatnya yang sedang disembelih di jalan-jalan dan hartanya yang dirampas. Kemudian setelah itu khalifah dibunuh dengan cara dibungkus dengan permadani dan diinjak-injak dengan kuda sampai mati. Semua anaknya dibunuh kecuali satu yang masih kecil dijadikan budak dan dibawa ke Mongol.
Namun ironisnya, delapan ratus tahun kemudian Baghdad mengalami hal yang sama. Bala tentara Amerika Serikat dan sekutunya ganti datang memporakporandakan dan menjarah kota tua itu.
Barus 1000 tahu yang lalu
PELETAKAN BATU PERTAMA PEMBANGUNAN TUGU RAJA TOGA LAUT PARDEDE DI LUMBAN JABI-JABI - BALIGE
maka diputuskanlah agar semua keturunan Raja Toga Laut Pardede ikut serta dalam Napak tilas show force keliling kota Balige pada tanggal 18 Agustus 2007, dengan rute dimulai Losmen Toga Laut Tawar, Tugu Naga Baling, Makam Raja Bona Ni Onan Pardede & Raja Paindoan Pardede dan ber akhir di Lumban Jabi-jabi / Tugu Raja Toga Laut Pardede, yang kemudian dengan kata-kata sambutan, oleh Tokoh-tokoh Sonak malela dll.